Moeldoko & Menantu Petinggi Negara Dalam Mega Skandal Asabri
Oleh : Haidar Alwi Institute (HAI)
Selain mega skandal PT Asuransi Jiwasraya dengan potensi kerugian mencapai Rp 13,7 Trilliun, dugaan pembobolan keuangan negara juga terjadi di PT ASABRI (Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dengan perkiraan awal kerugian sebesar Rp 10 Trilliun.
Di tengah hiruk-pikuk tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir yang namanya sempat masuk dalam daftar hitam, melakukan perubahan nomenklatur dan bongkar-pasang sejumlah pejabat di beberapa perusahaan BUMN.
Terakhir ia mencopot dua orang Direksi PT ASABRI, yakni Herman Hidayat dan Roni Hanityo Apriyanto melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Kamis (30/1/2020).
Seakan memberikan harapan bagi pemberantasan korupsi di Indonesia, ternyata Menteri BUMN Erick Thohir hanya berupaya mengelabui rakyat Indonesia.
Sebab sebelumnya, Roni Hanityo Apriyanto yang merupakan Direktur Keuangan dan Investasi PT ASABRI telah diangkat untuk mengisi jabatan Direktur di PT TASPEN, pada Jumat (17/1/2020).
Tidak banyak yang menyadari akal bulus Menteri BUMN Erick Thohir ini. Diduga kuat setelah membobol Jiwasraya dan ASABRI, PT TASPEN menjadi sasaran empuk berikutnya.
Sebuah sumber terpercaya membocorkan, gerombolan Erick Thohir dan kawan-kawan, termasuk sederet alumni Bank Mandiri yang kini menguasai BUMN, telah terlibat sejak tahun 2004 silam.
Berbagai upaya dilakukan gerombolan Erick Thohir untuk menyembunyikan dugaan kejahatan terstruktur dan sistematis yang mereka lakukan. Satu di antaranya adalah dengan membeli beberapa klub olahraga di luar negeri.
Tidak aneh dan mengherankan bila kemudian nama Erick Thohir masuk dalam salah satu daftar konglomerat maupun pejabat Indonesia yang disebut dalam dokumen rahasia Panama Papers dan Paradise Papers.
MOELDOKO & MENANTU PETINGGI NEGARA
Kepala Staf Presiden, Moeldoko diduga kuat tidak hanya terlibat dalam pembobolan keuangan negara melalui PT Asuransi Jiwasraya. Akan tetapi, pensiunan Jenderal TNI ini juga disebut-sebut berperan dalam mega skandal PT ASABRI.
Sumber terpercaya menyebut, salah satu dugaan keterlibatan Moeldoko yakni adanya “transaksi” dengan seseorang berinisial BN, menantu petinggi negara. Konon, dari sinilah Moeldoko kemudian berhasil merangsek masuk ke istana untuk menggeser posisi Teten Masduki sebagai Kepala KSP.
Moeldoko berperan dalam mencairkan dana sejumlah Rp 1 Trilliun dari PT ASABRI untuk BN melalui perusahaan Jenedi Investama yang berlokasi di sekitar Cilandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan. Tidak banyak memang yang mengetahui perusahaan ini karena BN lebih dikenal sebagai pengusaha properti dan cafe.
Almarhum ayahnya pun bukan orang sembarangan. EN yang meninggal dunia pada Rabu (18/1/2017) pernah menjabat sejumlah posisi strategis di perusahaan BUMN. Ia pernah menjadi Direktur Utama PTPN IV dan PTPN I. Sedangkan di PTPN VII, EN masuk dalam salah satu jajaran direksi.
Kembali ke Moeldoko. Sejak purna tugas pada 8 Juli 2015 silam, pria kelahiran Kediri, 8 Juli 1957 ini menjadi seorang pengangguran, sebelum kemudian bergabung dan ditunjuk sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Hanura mendampingi Wiranto, pada Desember 2016.
Moeldoko kembali menjadi sorotan ketika ia menjadi perwakilan keluarga Jokowi dalam resepsi pernikahan Kahiyang Ayu dengan Bobby Afif Nasution di Graha Saba Buana, Solo, Rabu (8/11/2017).
Penampilan Moeldoko yang mewakili keluarga Jokowi memang membuahkan tanda tanya besar. Bagaimana tidak, saat itu terdapat sejumlah menteri yang sejak awal setia mengikuti prosesi pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby Afif Nasution.
Sebut saja Pratikno, Luhut Binsar Pandjaitan, Ryamizard Ryacudu, Tjahjo Kumolo dan Pramono Anung. Alih-alih menugaskan para menteri tersebut, justru Moeldoko lah yang akhirnya secara mengejutkan muncul ke depan.
Sungguh aneh tapi nyata, karena Moeldoko saat itu tidak berada dalam lingkaran kekuasaan ataupun memiliki hubungan darah dengan keluarga Jokowi.
Para pengamat politik lantas beramai-ramai memprediksi, momen tersebut merupakan sebuah kode keras bahwa Moeldoko akan segera dipinang Jokowi untuk masuk istana. Saat berbicara atas nama keluarga Jokowi pun, Moeldoko juga sempat memancarkan signal serupa yang tersirat dalan kalimat “istana hati”.
Benar saja, pada Rabu (17/1/2018), Moeldoko benar-benar masuk istana. Jokowi melantik Moeldoko sebagai Kepala Staf Presiden menggantikan Teten Masduki.
Bahkan, ia kembali dipilih untuk mengisi jabatan yang sama pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Padahal sebelum jabatannya habis, Moeldoko sempat menyatakan akan pensiun dan pulang kampung.
AWAL MULA TERBONGKAR
PT ASABRI merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang asuransi sosial dan pembayaran uang pensiun bagi prajurit TNI, POLRI hingga PNS.
Dugaan mega skandal di dalamnya pertama kali dilontarkan oleh Menkopolhukam, Mahfud MD pada Jumat (10/1/2020). Ia mendengar adanya isu pembobolan keuangan negara dalam jumlah yang tidak kalah fantastisnya dengan yang terjadi di PT Asuransi Jiwasraya.
Informasi ini diperoleh Mahfud MD setelah mencermati hasil audit BPK terhadap PT ASABRI yang konon merugikan negara sebesar Rp 10 Trilliun dengan modus yang hampir sama dengan PT Asuransi Jiwasraya. Untuk lebih memastikan kebenaran dan jumlahnya, BPK telah meminta institusi lain memvalidasi temuan tersebut.
Mahfud MD menegaskan penelusuran dugaan mega skandal PT ASABRI akan terus dilakukan mengingat Presiden Jokowi telah berkomitmen untuk membongkar dan menyidangkan seluruh kasus korupsi tanpa pandang bulu.
DIBANTAH
Direktur Utama PT ASABRI, Sonny Widjaja kemudian membantah segala tuduhan skandal yang terjadi di perusahaan pelat merah tersebut. Bahkan, ia tidak segan-segan akan menempuh jalur hukum untuk menuntut pihak-pihak yang melemparkan tuduhan tanpa dasar. Sebab menurutnya, kondisi keuangan PT ASABRI saat ini berada dalam kondisi yang sehat tanpa adanya korupsi.
Sebab, isu korupsi tersebut telah membuat saham-saham milik PT ASABRI mengalami penurunan sepanjang 2019. Bahkan, penurunan harga saham di portofolio milik PT ASABRI terjadi sekitar 90 persen. Misalnya, harga saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) yang terkoreksi 95,79 persen di 2019 lalu ke level Rp 326.
PEMBENTUKAN TIM KHUSUS
Walau dibantah, Kapolri Jenderal Polisi Idham Aziz telah memerintahkan jajarannya untuk mengusut tuntas dugaan mega skandal PT ASABRI. Adalah Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo yang memimpin tim khusus tersebut.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Argo Yuwono mengatakan bahwa pihaknya akan memulai penyelidikan apabila telah menerima hasil audit dari BPK.
DIREKSI PT ASABRI DICOPOT
Menteri BUMN, Erick Thohir lalu merombak susunan direksi PT ASABRI dengan mencopot Herman Hidayat dan Roni Hanityo Apriyanto. Keduanya dicopot melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar pada Kamis (30/1/2020). Posisi mereka digantikan oleh Eko Setiawan sebagai Direktur SDM & Hukum, serta Helmi Imam Satriyono sebagai Direktur Keuangan dan Jeffry Haryadi P Manullang sebagai Direktur Investasi.
Istana menyerahkan keputusan tersebut sepenuhnya kepada Kementerian BUMN. Fadjroel Rachman selaku Juru Bicara Presiden mengatakan bahwa Presiden Jokowi tidak perlu tahu pencopotan itu. Ia pun membantah kalau hal tersebut merupakan arahan Presiden Jokowi.
PEROMBAKAN PT TASPEN
Pada Jumat (17/1/2020), Kementerian BUMN melakukan perombakan Direksi PT Taspen. Tiga hari kemudian, dilaksanakanlah serah-terima jabatan direksi. Menariknya, terdapat nama Roni Hanityo Apriyanto yang ditunjuk menjadi Direktur Investasi PT Taspen. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Investasi PT ASABRI.
Direktur Utama PT Taspen, Antonius NS Kosasih percaya bahwa penunjukan direksi termasuk Roni Hanityo Apriyanto sudah melalui tahapan yang ketat, kinerja dan rekam jejaknya pun dinilai sudah teruji.
KONDISI KEUANGAN PT TASPEN
PT Taspen (Persero) membukukan laba bersih Rp 388,24 Milliar pada 2019. Angka tersebut meningkat sebesar Rp 116,69 Milliar jika dibandingkan dengan laba 2018 sebesar Rp 271,55 Milliar atau naik sebesar 42,97 persen secara year on year.
Laba tersebut dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan premi sebesar Rp 977 Milliar serta kenaikan pendapatan investasi sebesar Rp 1,46 Trilliun, atau masing-masing naik sebesar 12,08 persen dan 19,08 persen dibandingkan 2018.
Direktur Utama Taspen, Antonisu NS Kosasih mengatakan, lonjakan laba perseroan yang mencapai hampir 43 persen tersebut menunjukkan efisiensi biaya yang diterapkan Taspen, jauh lebih rendah dibandingkan Expense Ratio industri asuransi di Indonesia.
Menurutnya, ini merupakan buah dari implementasi strategi dan kebijakan PT Taspen dalam melakukan investasi secara prudent, berhati-hati dan aman dengan memperhitungkan secara seksama tingkat risiko yang diterima, kondisi pasar, likuiditas, imbal hasil yang optimal, serta pencadangan yang konservatif untuk menjamin kesejahteraan peserta.
Di tengah kondisi pasar yang sangat volatile, PT Taspen menerapkan prinsip kehati-hatian dan memprioritaskan keamanan investasi untuk mencapai manfaat yang optimal bagi para peserta. Kenaikan laba yang signifikan ini dikatakannya, juga mencerminkan kemampuan PT Taspen untuk beroperasi secara efisien dan efektif.
Taspen membukukan total Revenue sebesar Rp 19,28 Trilliun di 2019 melonjak sebesar Rp 2,75 Trilliun dibandingkan 2018 yang mencatat pendapatan total Rp 16,53 Trilliun atau terdongkrak 16,63 persen (year on year).
Kenaikan pendapatan ini jauh lebih besar daripada kenaikan beban klaim sebesar Rp 12,35 Trilliun di 2019 yang naik hanya sebesar 12,27 persen (year on year) dibandingkan beban klaim tahun 2018 sebesar Rp 11 Trilliun.
RDP PT ASABRI DENGAN DPR
Pada Rabu (29/1/2020), di depan Komisi XI DPR RI, Direktur Keuangan dan Investasi PT ASABRI, Rony Hanityo Apriyanto memaparkan kebutuhan dana hingga Rp 7,26 triliun untuk mengembalikan Risk Base Capital (RBC) atau rasio kecukupan modal berbasis risiko perusahaan asuransi, mencapai kondisi ideal sesuai regulasi yakni 120%. Hingga 2019, posisi RBC Asabri tercatat minus 571%.
PT ASABRI mencatat penurunan Aset cukup dalam lantaran perusahaan menempatkan investasi pada saham di grup usaha Benny Tjokrosaputro alias Benny Tjokro dan Heru Hidayat.
Pengelolaan program Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKM) yang merupakan bagian dari Aset mengalami penurunan.
Total Aset dalam pengelolaan program tersebut tercatat Rp 19,4 Triliun pada 2018, kemudian dalam laporan keuangan 2019 yang belum diaudit menjadi Rp 10,6 Trilliun. Ini terjadi karena penurunan nilai saham dan reksa dana yang menonjol di perusahaan milik Benny Tjokrosaputro alias Benny Tjokro dan Heru Hidayat.
Selanjutnya, Total Aset dalam Akumulasi Iuran Pensiun (AIP) juga mengalami penurunan. Total Aset pada 2018 tercatat Rp 26,9 Trilliun. Kemudian anjlok menjadi Rp 18,9 Trilliun dalam laporan keuangan 2019 yang belum diaudit. Penurunan ini lagi-lagi terjadi karena nilai saham dan reksa dana yang menurun dari Rp 400-500 tinggal Rp 50 saja.
Baik di Inti Agri Resources Tbk (IIKP) dan Trada Alam Minera Tbk (TRAM) milik Heru Hidayat, maupun di PT Hanson Internasional TBK (MYRX) milik Benny Tjokrosaputro.
KONDISI KEUANGAN PT ASABRI
Data laporan keuangan terakhir yang dipublikasikan Asabri pada 2017, disebutkan Rasio Solvabilitas (Risk Base Capital/ RBC) PT ASABRI tercatat sebesar 62,35 pesan.
Padahal perusahaan asuransi yang sehat wajib memenuhi ketentuan OJK minimal RBC sebesar 120%.
Sementara itu, nilai Aset PT ASABRI tercatat senilai Rp 44,80 Trilliun. Pendapatan perseroan pada waktu itu, tercatat sebesar Rp 4,52 Trilliun, turun dari Rp 5,07 Trilliun pada periode yang sama 2016.
Dalam pembukuan 2017 ini, PT ASABRI tercatat masih membukukan untung Rp 943,81 Milliar atau naik dari Rp 116,46 Milliar pada 2016.
Dari kompilasi, PT ASABRI tercatat memiliki 15 saham yang sahamnya sempat dimiliki periode Desember 2018 hingga September 2019. Nilai investasi PT ASABRI (Persero) di 12 perusahaan berpotensi turun sebesar Rp 7,46 Trilliun (-73,14%) menjadi Rp 2,13 Trilliun dari awal penghitungan Rp 10,2 Trilliun.
Ke-12 perusahaan yang sahamnya sempat dimiliki PT ASABRI adalah PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB), PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), dan PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE).
Perusahaan lain adalah PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT SMR Utama Tbk (SMRU), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU), dan PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON).
Saham-saham tersebut sering mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi tanpa disertai fundamental yang jelas. Otoritas bursa bursa pun pernah memasukkan saham tersebut ke dalam deretan saham berkategori tidak wajar atau Unusual Market Activity (UMA).
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, hanya empat saham yang pergerakan sahamnya tidak pernah mendapat predikat tidak wajar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni: BBYB, MYRX, HRTA, dan SDMU.
Sedangkan 8 kode saham lainnya pernah masuk list UMA yakni: IIKP, INAF, NIKL, PCAR, FIRE, SMRU, KEAF, dan ICON. Dengan demikian sebagian besar saham-saham tersebut pernah bergerak tidak wajar dan berpotensi dilabeli saham gorengan.
DIREKTUR BARU PT ASABRI
Salah satu direktur baru PT ASABRI yang ditunjuk Erick Thohir adalah Jeffry Haryadi P Manullang. Ia terhitung sebagai orang lama yang berkecimpung di lingkungan industri asuransi.
Pernah menjabat sebagai Head of Direct Investment Division dan Head of Money Market and Capital Market Division di PT Jamsostek (Persero). Pada 2012, ia menjabat Direktur Investasi di BPJS Ketenagakerjaan, setelah Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS.
Kemudian, pindah menjadi Direktur Keuangan dan Administrasi di RS Pelabuhan Jakarta. Dan terakhir, sebelum ke ASABRI, Jeffry Haryadi P Manullang merupakan Direktur Investasi di PT Pelabuhan Indonesia Investama, anak usaha investasi dari PT Pelabuhan Indonesia II atau Pelindo II.
Lalu bagaimana dengan Helmi Imam Satriyono?
Sebelum ditarik Erick Thohir, Helmi Imam Satriyono menjabat Komisaris Utama PT Taspen Life, anak usaha PT Taspen (Persero), sejak 2019. Mengacu situs resmi Taspen Life, ia adalah lulusan dari Institut Teknologi Bandung dengan gelar Sarjana Matematika pada tahun 1992 dan meraih gelar Magister Manajemen Keuangan dan Perbankan dari Universitas Indonesia pada tahun 2000.
Ia sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Garuda Indonesia (Persero) pada tahun 2016-2018 era Pahala Mansury dan dipercaya menduduki jabatan Komisaris Utama PT GMF Aero Asia Tbk pada tahun 2017-2018.
Selain itu, Helmi Imam Hariyadi juga tercatat pernah menjadi Senior EVP di PT Mandiri Sekuritas, anak usaha Bank Mandiri pada Februari 2012. Ia juga tercatat pernah menjabat Direktur Keuangan Taspen pada era kepemimpinan Dirut Taspen Iqbal Latanro, sebelum digantikan oleh Antonius NS Kosasih.
PT ASABRI PERNAH DIBOBOL
PT Asabri semula berbentuk yayasan bernama Yayasan Asuransi Sosial ABRI. Kemudian, yayasan tersebut berubah menjadi PT karena pada tahun 1998 terjadi korupsi yang terpidananya adalah pihak swasta dan tentara aktif.
Saat itu, ASABRI pernah melakukan penyalahgunaan dana para prajurit pada tahun 1995-1997. Kasus tersebut baru selesai disidangkan pada tahun 2008 dengan kerugian negara mencapai Rp 410 Milliar. [tc]
Moeldoko & Menantu Petinggi Negara Dalam Mega Skandal Asabri
Reviewed by Admin
on
Rating:
Tidak ada komentar