Said Didu: Pemimpin Yang Diam Saat Ada Teror Ke Rakyat Bisa Dianggap ‘Merestui’
Seorang pemimpin memiliki tugas utama dalam melindungi segenap bangsa Indonesia tanpa terkecuali. Hal itu bahkan menjadi amanah konstitusi yang wajib untuk dijalankan.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menilai bahwa seorang pemimpin tidak boleh diam saat ada rakyat yang mendapat teror. Pemimpin tidak boleh lalai dalam menjalankan amanah melindungi rakyat dengan kewenangan yang dimiliki.
Baginya, jika ada pemimpin yang diam dalam menanggapi teror rakyatnya, maka hal itu bisa dianggap sebagai bentuk pemberian restu.
“Pemimpin yang diam saat terjadi teror kepada rakyatnya secara etika kepemimpinan dapat dianggap "merestui" teror tersebut. Atau secara hukum dianggap lalai melindungi rakyatnya sesuai kewenangan yang dimiliki,” tegasnya dalam akun Twitter pribadi, Minggu (31/5).
Baru-baru ini, sebuah diskusi yang digelar Universitas Gadjah Mada dikabarkan sempat mendapat teror dari sekelompok orang.
Diskusi virtual ini mulanya mengambil tema “Persoalan Pemecatan Presiden di Tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan”. Diduga mendapat teror atas alasan melakukan makar, tema diskusi berubah menjadi “Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan”.
Namun demikian, pihak penyelenggara telah meluruskan bahwa perubahan judul dilakukan untuk meluruskan persepsi di masyarakat.
Partner Sindikasi Konten: rmol
Diterbitkan: oposisicerdas.com
Editor: Windha Pramitasari
Foto: Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu/Net
Said Didu: Pemimpin Yang Diam Saat Ada Teror Ke Rakyat Bisa Dianggap ‘Merestui’
Reviewed by Admin
on
Rating:
Tidak ada komentar