Kisah Perjuangan Samin Surosentiko Menentang Pajak, "Tanah Milik Orang Jawa Bukan Belanda"
Suryanto (1952) dalam bukunya Masjarakat Samin (Blora) menuliskan bahwa ajaran Samin (disebut juga Pergerakan Samin atau Saminisme). Mereka adalah keturunan para pengikut Samin Surisentiko yang mengajarkan sedulur sikep. Mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda tidak memakai kekerasan.
Kelompok Samin lebih suka disebut wong sikep, karena kata samin bagi mereka mengandung makna negatif. Orang luar Samin sering menganggap mereka sebagai kelompok yang lugu, tidak suka mencuri, menolak membayar pajak, dan menjadi bahan olok-olok.
Saminisme tersebar pertama kali di daerah Klopo Duwur Jawa Tengah. Pada 1890 pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randu Blatung Blora, Jawa Tengah.
Gerakan menjalar ke desa-desa lainnya mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan.
Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859 di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau lebih dikenal dengan Samin Sepuh. Nama aslinya adalah Raden Kohar. Hingga suatu hari, Raden Kohar mengubah namanya menjadi Samin, yaitu sebuah nama yang bernafas kerakyatan.
Dalam naskah tulisan tangan yang ditemukan di Desa Tapelan yang berjudul Serat Punjer Kawitan, disebut-sebut kaitan Samin Surosentiko dengan Adipati Sumoroto.
Dari data yang ditemukan dalam Serat Punjer Kawitan dapat disimpulkan bahwa Samin Surosentiko yang waktu kecilnya bernama Raden Kohar, adalah seorang Pangeran atau Bangsawan yang menyamar di kalangan rakyat pedesaan. Dia ingin menghimpun kekuatan rakyat untuk melawan pemerintah kolonial Belanda dengan cara berbeda.
Source: Silahkan Klik Link Ini
Diterbikan: oposisicerdas.com
Foto: Samin Surisentiko.(Foto:Istimewa
Kisah Perjuangan Samin Surosentiko Menentang Pajak, "Tanah Milik Orang Jawa Bukan Belanda"
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar