Didik J Rachbini: Kalau Saya Jadi Presiden, Kenapa Mesti Melihara Alap-alap?
Keberadaan sejumlah orang yang kompetensinya diragukan namun bisa menduduki posisi komisaris di sejumlah BUMN masih terus menuai kritikan keras dari masyarakat. Alhasil, Menteri BUMN Erick Thohir yang berlatar belakang seorang profesional pun dinilai tidak profesional dalam menjalankan tugasnya.
"Erick itu profesional, dia tidak boleh mengalah pada pemain band itu, siapa itu? Abdee Slank,” ucap Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini, di gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Selasa (16/11).
"Sebetulnya proses politik itu, demokrasi itu indah, tapi kalau diacak-acak enggak karu-karuan jadi berat. Pemilu itu kontrak antara presiden, anggota DPR dengan rakyat. Prosesnya itu. Ini kontraknya lewat pemilu,” sambungnya.
Didik menambahkan, dalam pemilu terjadi proses kampanye. Begitu selesai muncul lah presiden pilihan dari civil society itu sendiri. Di tengah-tengah ada kelompok yang menjadi tim pemenangan yang mendapatkan tempat karena jasanya membantu meramaikan kampanye.
Menurut Didik, orang-orang yang seperti itu seharusnya tidak perlu masuk ke dalam pemerintahan.
“Di tengah-tengah ini sekarang ada alap-alap ada tikus-tikus, namanya relawan itu yang dia tidak di masyarakat, bukan NU, bukan Muhammadiyah, tapi bukan negara. Ini hidup dan lucunya dipelihara oleh manusia-manusia yang jadi state itu, oleh gubernur oleh pemerintah. Itulah yang merusak demokrasi sebetulnya,” jelasnya.
"Kalau saya jadi presiden, saya kan sudah punya polisi, punya guru, punya macam-macam, punya anggaran, kenapa mesti melihara alap-alap? Dan alap-alapnya masuk ke sana masuk ke sini,” tegas Didik. (rmol)
Foto: Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini/Net
Didik J Rachbini: Kalau Saya Jadi Presiden, Kenapa Mesti Melihara Alap-alap?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar