Bayar Utang Asing, Negara Ini Terancam Kelaparan
Sri Lanka sedang dilanda krisis ekonomi yang sangat parah. Krisis ini ditandai oleh habisnya devisa negara itu yang diikuti oleh inflasi tajam di sektor pangan.
Mengutip Straits Times, pemandangan rak supermarket kosong dan restoran tidak dapat menyajikan makanan lengkap sudah mulai menghiasi negara yang berdekatan dengan RI itu. Banyak warga harus berhemat dan menekan pengeluaran, termasuk hanya makan dua kali sehari.
Krisis ekonomi ini sendiri bermula karena banyak tuntutan terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang menyusut. Ketika Sri Lanka menghadapi kekurangan pangan akut dan inflasi 14%, negara itu masih diharuskan untuk membayarkan utangnya.
Di tahun ini saja, Kolombo memiliki hampir US$ 7,3 miliar utang yang jatuh tempo kepada beberapa negara seperti China, Jepang, dan India. Bahkan, khusus dengan China, Negeri Ceylon itu juga sempat meminta restrukturisasi.
"Kami memiliki utang yang tinggi dari tiga negara China, Jepang dan India," kata Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, dikutip Selasa (2/1/2022).
Hal ini pun sontak membuat devisa negara itu kempes. Tercatat, semenjak PM Mahindra memimpin pada 2019 lalu, cadangan devisa Sri Lanka telah berkurang ari US$7,5 miliar menjadi US$3,1 miliar Desember lalu.
Kurangnya devisa ini pun berimbas pada naiknya nilai mata uang asing dan menaikan harga barang-barang impor. Diketahui, Sri Lanka masih melakukan impor khususnya kepada bahan-bahan pertanian seperti pupuk. Dengan adanya hal ini, produksi pertanian negara itu pun kacau.
Inflasi makanan mencapai rekor 21,5% pada Desember, naik dari 16,9% pada November dan 7,5% tahun lalu. Menurut perkiraan Bank Dunia, 500 ribu orang Sri Lanka telah jatuh di bawah garis kemiskinan sejak pandemi Covid-19, sebuah "kemunduran besar yang setara dengan kemajuan selama lima tahun".
Ini sebenarnya bukan pertama kalinya negara itu mengalami persoalan akibat utang. Sebelumnya, Sri Lanka akhirnya memberikan Pelabuhan Hambantota kepada China selama 99 tahun akibat tak mampu membayarkan utang pembangunan pelabuhan itu kepada Beijing.
Sri Lanka sendiri merupakan salah satu negara dunia yang sering meminta pendanaan dari China dengan skema program One Belt One Road (OBOR) alias Belt and Road Initiatives. Program pendanaan ini merupakan proyek pendanaan China untuk membantu negara-negara yang masih kesulitan dalam hal infrastruktur.
Meski begitu, banyak negara yang tak mampu membayarkan utang ini kembali kepada China. Beberapa pakar ekonomi Barat menyebut bahwa ini merupakan sebuah skema Beijing untuk mengarahkan negara-negara peminjam agar terjatuh dalam sebuah jebakan utang. [cnbc]
Foto: Bendera nasional China dan Sri Lanka dipasang di proyek reklamasi laut yang didanai China Port City selama kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Kolombo, Sri Lanka, Minggu, 9 Januari 2022. (AP Photo/Eranga Jayawardena). (AP/Eranga Jayawardena)
Bayar Utang Asing, Negara Ini Terancam Kelaparan
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar