Kesaksian Syahganda Nainggolan, Habib Rizieq Shihab Dukung Demokrasi

Bukan hanya dukung penerapan syariah Islam di daerah-daerah mayoritas beragama Islam, Habib Rizieq Shihab (HRS) diyakini mendukung demokrasi. Keyakinan itu disaksikan langsung oleh pakar kesejahteraan sosial, Syahganda Nainggolan yang mendengar langsung pernyataan Habib Rizieq soal demokrasi.

Hal itu diungkapkan oleh Syahganda dalam acara Sarasehan Kebangsaan berjudul "Demokrasi dan Keadilan Sosial" yang diselenggarakan oleh Syarikat Islam di Markas Syarikat Islam, Jalan Taman Amir Hamzah nomor 4, Jakarta Pusat, Minggu sore (3/7).

Syahganda bercerita, pada 13 Agustus 2021 lalu saat hendak keluar dari penjara Bareskrim Polri, dirinya meminta kepada kepala penjara untuk memberikan waktu 10-20 menit untuk bertemu dengan Habib Rizieq.

"Akhirnya kepala penjara waktu itu mengabulkan saya bisa ketemu Habib Rizieq untuk pamit tanggal 13 Agustus," ujar Syahganda seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu malam (3/7).

Syahganda menjelaskan, selama di penjara, dirinya diminta oleh Habib Rizieq untuk belajar Islam. Saat itu, dirinya juga diberikan buku-buku yang dipelajarinya selama 10 bulan di penjara.

Ia mengaku bertanya kepada Imam Besar FPI itu soal demokrasi. Menjawab pertanyaan Syahganda, Habib Rizieq menegaskan bahwa demokrasi itu boleh.

"Habib Rizieq bilang, 'demokrasi itu boleh, demokrasi itu bisa untuk rakyat Indonesia yang saya perjuangkan penerapan-penerapan syariah itu diberikan pada daerah-daerah yang mayoritas Islam'," ungkap Syahganda.

Artinya kata Syahganda, Habib Rizieq sama seperti Abu Al A'la Al Mawdu seorang pemikir politik Islam, yang berbeda dari Syech Qutb dari Mesir.

"Habib Rizieq berbeda sama Syech Qutb di Mesir yang dia sama sekali memang pro kebebasan tapi anti demokrasi," pungkas Syahganda.

Dalam acara ini, juga dihadiri oleh empat narasumber lainnya yang dipandu oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Syarikat Islam, Ferry Juliantono.

Keempat narasumber lainnya, yaitu Presiden Syarikat Islam, Hamdan Zoelva; Ketua Umum (Ketum) Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Mohammad Jumhur Hidayat; peneliti utama BRIN, Profesor Siti Zuhro; dan pengamat politik, Rocky Gerung.

Sumber: rmol

Foto: Habib Rizieq Shihab/Net