Kisah Tragis Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono, Dikhianati Anak Buah hingga Tewas Dihantam Kunci Mortir
Selain tujuh Pahlawan Revolusi yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, ada dua Pahlawan Revolusi yang dimakamkan di Yogyakarta. Keduanya adalah Brigadir Jenderal (Anumerta) Katamso Dharmakusumo dan Kolonel Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto.
Keduanya merupakan sosok yang menjadi musuh dari PKI. Terlebih Katamso, yang dulunya merupakan pembina aktif Resimen Mahasiswa (Menwa) untuk bisa siap menghadapi ancaman PKI jika kian memanas.
Mereka tewas setelah dikhianati anak buahnya sendiri yang sudah terpengaruh paham komunisme. Nama Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono mungkin tak setenar nama jenderal lainnya yang menjadi korban kebiadaban PKI.
Dilansir dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional serta buku Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia', Kamis (29/9/2022), saat peristiwa berdarah tersebut, Katamso baru saja kembali dari Magelang dan Kolonel Sigiono baru kembali dari Pekalongan, lalu dia disodorkan surat pernyataan yang isinya mendukung dewan revolusi untuk ditandatanganinya.
Katamso menolak dan memanggil para perwiranya untuk membahas situasi itu. Namun tak disangka, sebagian stafnya sudah dipengaruhi PKI. Mereka datang ke rumahnya sudah membawa senjata untuk menculik Katamso.
Mereka membawa Katamso ke Desa Kentungan, kompleks Batalyon. Disana dia dipukuli dengan kunci mortir dan beberapa kali pukulan hingga tewas. Mayatnya dimasukan dalam lubang yang sudah disiapkan sebelumnya.
Sementara, Kolonel Sugiyono ditemukan tewas bersama atasannya, Komandan Korem 072/Pamungkas, Brigadir Jenderal Katamso di Yogyakarta.
Kolonel Sugiyono saat itu menjabat Kepala Staf Korem 072/Pamungkas. Jenazah Katamso dan Sugiono ditemukan setelah dilakukan pencarian besar-besaran pada 22 Oktober 1965. Jasadnya pun hampir tak ditemukan.
Jasad 2 pahlawan ini akhirnya ditemukan pada 22 Oktober 1965. Mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Untuk memberi penghormatan kepada keduanya, pemerintah membuatkan sebuah monumen yang bernama Monumen Pahlawan Pancasila.
Katamso dilahirkan pada 5 Februari 1923 di Sragen. Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang dirinya mengikuti pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. kemudian diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dia diangkat menjadi Komandan Kompi di Klaten, kemudian bertugas sebagai Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV.
Pada Agresi Militer Belanda II beberapa kali pasukan yang dipimpinnya terlibat dalam pertempuran dengan Belanda. Katamso berhasil menumpas pemberontakan dalam tubuh Batalyon 426 di Jawa Tengah tahun 1951.
Tahun 1958 ia dikirim ke Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRl sebagai Komandan Batalyon "A" Komando Operasi 17 Agustus. Setelah itu menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi.
Sementara itu, Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa Gedaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pada masa pendudukan Jepang Sugiyono mendapat pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA). Kemudian ia diangkat menjadi Budancho di Wonosan. Pada masa kemerdekaan, Sugiyono masuk TKR di Yogyakarta dan bertugas sebagai Komandan Seksi.
Pada tahun 1947 dia diangkat sebagai ajudan Komandan Brigade 10 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto dan ikut serta dalarn Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Setelah Pengakuan Kedaulatan Sugiyono ikut menumpas pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan.
Sumber okezone
Foto: Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiono: Tangkapan layar media sosial/ist
Kisah Tragis Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono, Dikhianati Anak Buah hingga Tewas Dihantam Kunci Mortir
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar