Berulah Lagi, Pendeta Saifuddin Sebut Al Quran Ajarkan Kesombongan: Ragukan Keaslian Al Quran sebagai Wahyu Allah!

Pendeta Saifuddin Ibrahim kembali berulah dengan mengeluarkan pernyataan kontroversial terhadap ajaran agama Islam.

Terbaru, Saifuddin menyebut bahwa hukum Islam yang tertuang di dalam Al Quran berisi ajaran kesombongan.

"Hukumnya kecongkakan, kesombongan. Pokoknya nyombongin terus dirinya," terang Saifuddin melalui kanal YouTubenya dikutip Populis.id, Senin (24/10/2022).

Lebih lanjut dia mengatakan, Al Quran bukanlah kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan Pencipta alam semesta.

Saifuddin meragukan keaslian Al Quran sebagai kitab yang diturunkan oleh Allah SWT.

"Kalau diulas lebih dalam lagi, benar gak kitab itu (Al Quran) kitab dari Pencipta langit dan bumi? Enggak!" tegas dia.

Tersangka kasus penodaan agama ini lantas mempertanyakan proses turunnya wahyu (Al Quran) pertama kepada nabi Muhammad yang melalui perantara malaikat Jibril.

Dia menyebut, Jibril mengantarkan wahyu pertama kepada nabi Muhammad di dalam Goa Hira.

Ketika itu, menurut Saifuddin, nabi Muhammad dipaksa membaca Al Quran oleh Jibril, padahal ia buta huruf.

"Waktu di Goa Hira tiba-tiba datang roh hitam (Jibril), waktu itu Mamat (Nabi Muhammad) belum tahu itu Jibril, mencekik leher dia, baca! Mamat buta huruf tentu tidak bisa baca, dicekik lagi, saya gak bisa baca katanya. Dicekik ketiga kali baru bacalah dengan nama Tuhanmu," ungkap Saifuddin.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa proses turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad tersebut aneh.

Menurutnya, malaikat utusan Tuhan tidak akan pernah mencekik leher rasul.

"Yang aneh, masa Pencipta langit dan bumi mengutus malaikat cekik leher nabinya, mana ada malaikat dikirim untuk mencekik leher orang begitu, nabinya. Enggak ada," terang Saifuddin.

Diketahui, Saifuddin Ibrahim adalah tersangka kasus penodaan agama yang meminta Menteri Agama menghapus 300 ayat Al Quran karena disebut mengajarkan radikalisme.

Namun, Saifuddin belum juga ditangkap Polri, ia diketahui berada di Amerika Serikat.

Sumber: populis

Foto: Pendeta Saifuddin Ibrahim/Net