Kisah Jin Ifrit dan Nabi Sulaiman yang Menikahi Gadis Sangat Hitam Legam
Kisah Nabi Sulaiman adalah sosok nabi yang memiliki kerajaan yang sangat luas, terbentang dari arah matahari terbit sampai matahari terbenam. Dalam berjalan, Nabi Sulaiman selalu menggunakan angin sebagai kendaraannya.
Pada suatu ketika Nabi Sulaiman bersama pengawalnya sedang melakukan perjalanan, nabi Sulaiman tiba di sebuah kampung nelayan, dan Ia hendak menunaikan ibadah shalat ‘Ashar, sebab Shalat yang diwajibkan kepadanya hanya ‘Ashar.
Ketika hendak sampai, nabi Sulaiman memperlambat dan merendahkan terbangannya, melihat seorang perempuan berkulit hitam legam sedang menyuci pakaian di sungai.
Perempuan itu mencuci pakaian tanpa ditemani oleh siapapun. Tiba-tiba Nabi Sulaiman terbesit dalam hatinya, betapa hitamnya perempuan tersebut.
“Soe nyang tem meukawen ngon si inong itam nyan? (Siapakah mau menikah dengan perempuan hitam itu?”.
Nabi Sulaiman pun berlalu mencari lokasi lain di tepi sungai itu untuk berwudhu. Ketika hendak memasuki kamar kecil, nabi Sulaiman melepaskan cincin bertuliskan namanya bersama nama Allah di batunya. Kemudian cincin tersebut dititipkan kepada pengawalnya.
Bahkan ketika Nabi Sulaiman tidur pun, cincin itu dilepas dan diletakkan di sebelahnya.
Cincin tersebut merupakan mukjizat dari Allah kepada nabi Sulaiman, sehingga bisa terbang bersama angin dan isi bumi seperti manusia, hewan dan jin tunduk kepadanya.
Sebelum nabi Sulaiman masuk ke kamar kecil, rupanya jin jahat bernama I’frit telah masuk terlebih dahulu. Lalu I’frit keluar lebih cepat dari nabi Sulaiman dan menyerupai Nabi, persis sekali.
Lalu I’frit meminta cincin itu kepada pengawal tadi. “Berikan cincinnya, saya sudah selesai dari kamar kecil,” pinta I’frit seperti diceritakan oleh ustadz Jufri dalam tausiahnya, usai zikir momentum 10 Muharram 1440 Hijriah.
Tanpa keraguan sedikitpun, pengawal tadi langsung menyerahkan cincin itu kepada Ifrit (Sulaiman Samaran). Tak menunggu lama, jin I’frit terbang bersama angin ke singgasana untuk memimpin kerajaan.
Ketika nabi Sulaiman asli keluar dari kamar kecil langsung meminta cincinnya kepada pengawal. Pengawal pun kaget dengan menyebutkan telah mengembalikan beberapa saat yang lalu.
Setelah dilanda kebingungan, pengawal ini akhirnya memilih kembali ke kerajaan dan tidak percaya kepada Sulaiman asli. Tinggalkan nabi Sulaiman seorang diri.
Selanjutnya, nabi Sulaiman berjalan kaki tanpa pengawal sampai ke pesisir kampung nelayan. Di sana, nabi Sulaiman bertemu dengan seorang nelayan yang hendak melaut. Nabi Sulaiman meminta ikut, namun nelayan tersebut tidak mengizinkannya.
Menjelang sore hari, nelayan tersebut pulang dengan membawa beberapa ekor ikan dan separuhnya diberikan kepada nabi Sulaiman yang tidur di tepi pantai. Dalam tidurnya, nabi Sulaiman beralaskan ular dan dikipasi oleh burung-burung.
Beberapa hari kemudian, nelayan itu hanya mendapatkan seekor ikan dan tentu tidak mungkin diberikan kepada nabi Sulaiman. Inisiatifnya, nelayan tadi mengajak Sulaiman bin Daud ke rumahnya untuk makan bersama.
Sementara saat itu di pusat kerajaan, jin i’frit sebagai Sulaiman palsu sedang memimpin, namun dalam kepemimpinannya banyak kejanggalan dan aturan aneh dikeluarkan, sehingga rakyat semakin hari semakin ragu.
Kemudian para pemuka agama atau pembesar kerajaan bermusyawarah untuk hal itu. Alhasil, disimpulkan bahwa yang sedang memimpin adalah Sulaiman palsu dan rakyat tidak percaya lagi, akhirnya I’frit pergi meninggalkan singgasana dan membuang cincin itu ke laut.
Akhirnya cincin itu dimakan oleh ikan dan ikan tersebut tak lain adalah seekor ikan yang terjaring oleh nelayan yang bersama nabi Sulaiman. Kemudian seekor ikan itu dibersihkan oleh putri nelayan tersebut. Ketika perut ikan dibelah, maka ditemukan cincin yang sangat cantik bertuliskan nama Allah bersama nabi Sulaiman.
Lalu gadis itu mengadu kepada ayahnya. Ketika didengar oleh nabi Sulaiman, dan bergegas menghampiri gadis itu. Nabi Sulaiman terkejut bukan kepalang, gadis itu ternyata perempuan yang terbesit di hatinya kala itu. “Soe nyang tem meukawen ngon si inong itam nyan?”
Nabi Sulaiman pun mengaku bahwa cincin itu miliknya dan meminta dikembalikan kepadanya. Gadis itu tidak memberinya karena dia yang menemukan di perut ikan.
Kemudian ayah gadis itu memberi solusi kepada nabi Sulaiman agar bersedia menikah dengan putrinya. Setelah itu cincin berhak dimiliki kembali oleh Sulaiman bin Daud. Akhirnya menikahlah nabi Sulaiman dengan gadis hitam legam itu.
Lalu nabi Sulaiman hendak kembali ke singgasana yang lokasinya di Yerussalem atau Al-Quds, ibu kota Palestina sekarang serta membawa istrinya tersebut. Namun Nabi sedikit mempertimbangkan, karena istrinya itu hitam legam dan takut diejek orang sehingga istrinya bersedih.
Kemudian Nabi Sulaiman berdoa kepada Allah dan doanya pun dikabulkan, kemudian istrinya menjadi putih dan memiliki paras yang sangat cantik. Setelah itu kembalilah nabi Sulaiman dan istrinya ke singgasana dan kembali memerintah kerajaan seperti semula.
Wallahua’lam bishshawab
Sumber: pojoksatu
Foto: ilustrasi jin Ifrit/net
Kisah Jin Ifrit dan Nabi Sulaiman yang Menikahi Gadis Sangat Hitam Legam
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar