Membaca Persimpangan Batin antara Presiden Jokowi dan Prabowo
SAYA akan coba menganalisis apa yang sedang tren terjadi beberapa hari ini dengan obyektif dan pemahaman pikiran serta hati yang jernih.
Rakyat Indonesia sedang sibuk mudik dan merayakan Hari Raya Idulfitri yang merupakan hari suci setelah sebulan penuh melaksanakan puasa, namun rakyat cukup dikagetkan dengan adanya peristiwa politik, yaitu deklarasi bacapres PDIP.
Sontak rakyat terbengong dan berpikir seakan tidak ada hari lain yang lebih baik hanya sekadar urusan partai. Rakyat merasa bahwa elite politik tidak lagi peduli dengan suasana khusuk ibadah yang notabene negara berpenduduk Islam terbesar di dunia.
Idulfitri adalah hari raya keagamaan internasional alias seluruh umat Islam sedunia merayakan, maka seyogianya kita semua harus menghormatinya.
Libur lebaran berlalu dan kita coba singkap peristiwa deklarasi bacapres PDIP di Batutulis, Bogor. Peristiwa yang seakan mendadak sehingga Presiden Jokowi yang baru beberapa saat tiba di Solo harus secepatnya kembali ke Jakarta untuk menghadiri hajatan partai tersebut.
Prosesi deklarasi bacapres PDIP tentunya diliput berbagai media televisi dan cetak. Ada hal yang menarik dari liputan televisi terhadap Presiden Jokowi, yaitu wajah dan gestur presiden tidak tampak gembira bahkan seperti ada beban atau mungkin kecapaian. Hal ini diulas beberapa pengamat dengan berbagai argumen dan kesan.
Satu hari setelah deklarasi bacapres tersebut, kita melihat di hari pertama Idulfitri kunjungan silaturahmi Pak Prabowo Subianto kepada Presiden Jokowi di Solo. Pak Prabowo satu-satunya tamu yang diterima Pak Jokowi di hari pertama lebaran. Sungguh sangat spesial Pak Prabowo di mata presiden.
Dalam kunjungan Pak Prabowo suasana yang terlihat sangat berbeda, sambutan Presiden Jokowi dan keluarga begitu penuh kehangatan dan keakraban kepada Pak Prabowo yang didampingi putranya.
Suasana penuh senyum dan keikhlasan terlihat di antara kedua keluarga yang telah cukup lama saling mengenal, bahkan Mas Kaesang, putra Presiden Jokowi melayani dengan menuangkan nasi di piring Pak Prabowo sehingga viral di medsos.
Dua kejadian kontras ini terlihat nyata di mata rakyat sehingga para tokoh elite politik dan media ramai mengulas suasana yang sangat kontras tersebut. Semua saling adu tafsir dan dugaan apa yang sebenarnya dirasakan oleh Pak Jokowi, khususnya.
Sebab bila kita melihat kebelakang sudah sangat banyak sekali peristiwa keakraban, kebersamaan Presiden Jokowi dan Pak Prabowo, keduanya sering tampak tertawa terbahak, saling memuji bahkan Kepala Badan Intelijen Negara Pak Budi Gunawan sampai membuat pernyataan bahwa sebagian aura Pak Jokowi sudah pindah ke Pak Prabowo.
Saya jadi teringat saat debat Pilpres 2019, Presiden Jokowi menyampaikan, "Pak Prabowo...saya ini senang naik sepeda kadang rantainya putus, namun yakinlah Pak Prabowo bahwa tali persahabatan kita tidak akan pernah putus".
Saya yang kebetulan juga lahir dan besar di Solo ingin menguak apa sebenarnya yang terjadi dilihat dari sisi suasana batin tersebut. Saya melihat bahwa hati Pak Jokowi sangat akrab dan tulus dengan Pak Prabowo, begitu pula sebaliknya. Namun dalam implementasi persahabatan dan dihadapkan pada kepentingan partai bisa berbenturan.
Satu sisi batin keduanya ingin menjaga persahabatan dan satu sisi ada kepentingan partai yang harus diikuti mungkin tidak sejalan dan itu adalah hal yang wajar. Namun sisi penting yang harus kita tahu bahwa Pak Jokowi dan Pak Prabowo menunjukkan contoh kepada kita semua sebagai anak bangsa tentang adab, sopan santun, etika, moral dan negarawan sejati.
Lalu ke mana kira-kira arah dukungan Pak Jokowi akan lebih besar?
Bila kita menilik hal di atas sudah tampak jelas dan fakta bahwa hubungan emosional antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo sudah sangat dekat bagai sebuah keluarga, sebab terjalin sangat lama sejak Pak Jokowi jadi Walikota Solo. Selanjutnya kita akan menganalisa hal tersebut berkaitan dengan Pilpres 2024.
Saat ini sudah ada tiga bacapres yang telah dideklarasikan oleh partai pendukungnya. Hal tersebut tentunya menjadi pertimbangan Pak Jokowi sebab beliau akan mengakhiri masa jabatan oktober tahun 2024.
Berbagai hal tentunya harus dipertimbangkan dengan baik dan matang dari segala aspek secara komprehensif. Pak Jokowi tentu berpikir presiden terpilih nanti harus seorang yang mengerti persis permasalahan bangsa, tahu persis tentang geostrategies, geopolitik, geo ekonomi dan percaturan dunia internasional.
Ditambah harus bisa melanjutkan program pembangunan yang sekarang sedang berjalan, misal IKN, kereta cepat, jalan tol dan infrastruktur lainnya. Singkatnya adalah presiden terpilih tahun 2024 harus menguasai problem dan dinamika bangsa dan negara serta berkuatas internasional.
Bila kita melihat pertimbangan di atas, menurut hemat saya sudah pasti bahwa yang memenuhi kriteria presiden 2024 adalah Pak Prabowo Subianto dan saya yakin Pak Jokowi juga berpikir yang sama.
Sedangkan bacapres yang lain adalah orang baik yang dipersiapkan untuk menggantikan Pak Prabowo, sehingga proses kepemimpinan akan terjaga secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
Kalau mau jujur saya berpendapat, alangkah baiknya dan sangat ideal Pak Ganjar atau Pak Anies sebagai wakil presiden yang dipersiapkan menerima tongkat estafet selanjutnya. Sebab bila kita menilik sejarah dan mengevaluasi kelemahan bangsa ini salah satu masalah krusial adalah terlambat dalam menciptakan kaderisasi pemimpin selanjutnya.
Namun kita semua juga tahu bahwa sebagai kader partai tentunya Pak Jokowi juga harus mengikuti keputusan partai, apalagi Ibu Megawati dengan jelas selalu mengatakan sebagai petugas partai dan Pak Jokowi adalah kader partai yang baik dan taat aturan.
Dihadapkan dua hal tersebut di atas maka saya melihat dan menduga serta yakin bahwa Pak Jokowi akan mengambil jalan tengah yang baik dan bijak untuk semuanya, yaitu tetap mendukung bacapres yang menguasai problematika bangsa dan berskala internasional adalah Pak Prabowo Subianto serta tetap mendukung keputusan partai PDIP, sehingga langkah nyata yang Pak Jokowi lakukan adalah memberikan kebebasan seluasnya kepada para relawan untuk menentukan sikapnya.
Para relawan Pak Jokowi seperti menangkap sinyalemen ini, maka tidak heran dimulai dengan Projo, Jokowi Mania atau Joman dan banyak lagi relawan Pak Jokowi pindah memilih mendukung Pak Prabowo Subianto guna mewujudkan seorang presiden 2024 yang menguasai problematika bangsa dan berskala internasional.
Jadi sudah sangat jelas dan gamblang apa analisis yang saya uraikan di atas. Sekarang semua ada di tangan rakyat, sebab rakyat yang akan memberi mandat kepada bacapres dan yang paling penting rakyat juga mempunyai hak mutlak untuk menunjuk "Petugas Rakyat" sebagai seorang pemimpin negara.
Semoga Pemilu 2024 berjalan bersih, transparan, jujur dan adil sehingga siapapun yang terpilih adalah pencerminan pilihan rakyat. Marilah kita jaga dan berpesta demokrasi dengan gembira dan menjaga persatuan bangsa.
Semoga Tuhan YME senantiasa memberikan petunjuk, bimbingan dan perlindungan kepada bangsa dan negara Indonesia tercinta.
Wassalam.
OLEH: ARIES MARSUDIYANTO
(Ketua Dewan Pembina Prabowo Mania08)
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Membaca Persimpangan Batin antara Presiden Jokowi dan Prabowo
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar