Jokowi Belum Manut?
KETUA Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri telah resmi menunjuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung banteng moncong putih pada Pilpres 2024 mendatang.
Deklarasi dilakukan pada H-1 lebaran dan turut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Ketua DPR RI Puan Maharani, dan Ketua DPP PDIP Prananda Prabowo.
PDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden sendiri tanpa berkoalisi. Namun demikian, PDIP masih melakukan penjajakan dengan partai lain untuk bekerja sama.
Partai yang bercita-cita untuk hattrick kemenangan pilpres ini memang dikenal dinamis dalam berdialektika. Termasuk dalam membicarakan tentang calon presiden yang ideal. Sempat ada kubu Puan Maharani dan Ganjar Pranowo yang muncul dan bersitegang. Sehingga, tidak heran ketika itu ada kader PDIP yang mempertanyakan apa prestasi Ganjar Pranowo selama memimpin Jawa Tengah.
Hanya saja, ketegangan akan mereda tatkala Megawati Soekarnoputri sudah bertitah. Nyaris tidak ada yang menolak, apalagi protes dengan keputusan Megawati. Semua manut dan tegak lurus atas perintah yang diberikan ketua umum. Begitu juga saat nama Ganjar Pranowo diumumkan sebagai calon presiden dari PDIP.
Jokowi dan Musra
Namun demikian, ada yang unik pada gelaran Pilpres 2024 kali ini. Joko Widodo sebagai petugas partai yang ditugasi PDIP untuk menjadi presiden dua periode tampak masih belum legawa dengan keputusan Megawati mengusung Ganjar. Hal itu tergambar saat Jokowi hadir di acara Musyawarah Rakyat (Musra) di Istora Senayan, Minggu (14/5). Acara ini dihadiri oleh ribuan relawan Jokowi. Lebih mirip seperti acara sebuah partai yang menghadirkan ketua umum untuk memberi arah kebijakan.
Sebelum acara dimulai, Penanggung Jawab Musra, Budi Arie Setiadi bahkan sesumbar bahwa Presiden Joko Widodo tidak sekadar hadir dalam acara itu. Jokowi, kata Wamendes PDTT itu, juga akan memberikan arahan kepada seluruh relawan dalam mengarungi Pilpres 2024.
“Puncaknya nanti pengarahan Pak Presiden Joko Widodo ke mana kapal besar relawan ini akan tertuju, berlabuh di 2024. Semua menantikan perintah dan komando Pak Jokowi untuk menentukan arah 2024," kata Budi Arie.
Ada tiga nama kandidat capres yang terjaring. Mereka adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sedianya, Jokowi akan diminta memilih satu calon yang kemudian akan didukung oleh para relawan.
Tapi yang terjadi kemudian, Jokowi tidak memberi arahan tegas ke mana relawan harus berlabuh. Bahkan amplop berisi nama calon yang sudah disiapkan dan seharusnya dibaca oleh Jokowi, tidak dibuka.
"Nama yang diserahkan ke saya tadi kan masih terisolasi, belum saya buka. Saya enggak berkomentar apa-apa. Tadi yang di dalam amplopnya masih terisolasi," kata Jokowi.
Kepada relawan, Jokowi lantas memperingatkan bahwa yang memiliki kewenangan untuk mencalonkan capres atau cawapres adalah partai. Sementara peserta Musra sebatas kumpulan relawan. Sebagai relawan, sambung Jokowi, maka wajib hukumnya untuk mendengarkan suara rakyat terlebih dahulu sebelum menentukan tempat berlabuh.
"Di bawah seperti apa, yang diinginkan siapa, akar rumput menginginkan siapa, rakyat menginginkan siapa itu yang ingin kita dengar, dan ingin saya tahu," tegas Jokowi.
Masih Ragu Ganjar?
Pernyataan Jokowi itu memang terkesan idealis. Tapi sebagai penyandang status petugas partai, tidak seharusnya Jokowi menyampaikan hal tersebut. Sebab, akan muncul interpretasi liar dari publik dalam menanggapi arahan Jokowi.
Bisa saja muncul kesan Jokowi masih ragu dengan pencapresan Ganjar Pranowo. Jika memang tidak ragu dengan pengusungan Ganjar, Jokowi seharusnya dengan lantang mengarahkan kepada para relawannya untuk ikut tegak lurus pada keputusan Megawati. Apalagi, nama Ganjar Pranowo juga ada dalam daftar capres pilihan relawan.
Tapi Jokowi tidak melakukan itu. Dia justru meminta relawan untuk menggali lagi keinginan rakyat. Siapa calon presiden yang sedang diinginkan oleh rakyat. Secara pribadi, Jokowi mengungkapkan bahwa dia ingin pemimpin ke depan adalah orang yang paham dengan hati rakyat, mau bekerja keras, dan paham dengan kebutuhan rakyat. Mantan Walikota Solo itu juga menekankan agar penggantinya berjiwa pemberani.
Ciri-ciri yang diungkap Jokowi di atas memang terbilang umum. Tapi tidak menyebut nama Ganjar adalah hal yang masih sulit dimengerti. Apalagi setelah mengurai ciri-ciri pemimpin ideal tersebut, para relawan justru meneriakkan nama “Prabowo Subianto”.
Bisa jadi Jokowi masih “sakit hati” lantaran Ganjar Pranowo lewat pernyataannya pernah menggagalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Bahkan Jokowi sampai pusing 2 minggu gara-gara pembatalan tersebut.
Spekulasi lain menyebutkan, Jokowi masih ingin menjadi king maker Pilpres 2024. Dia tidak ingin tunduk pada Megawati. Terlebih, ada lima ketum partai yang kini menjadi pembantunya di kabinet. Dengan kekuatan besar tersebut, Jokowi seharusnya bisa dengan mudah ikut menentukan siapa yang akan jadi presiden selanjutnya. Tentu saja sosok yang bisa tegak lurus dengannya, bukan ke Megawati atau pimpinan partai lain.
Koalisi besar yang digadang akan berisi lima partai, yang ketumnya jadi pembantu Jokowi di kabinet, bisa jadi alat bagi Jokowi untuk mewujudkan keinginannya itu. Namun semua itu hanya spekulasi, bisa saja Jokowi hanya sedang bercanda dengan kawan-kawan politiknya agar Pilpres 2024 lebih dinamis.
OLEH: WIDIAN VEBRIYANTO
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Jokowi Belum Manut?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar