Breaking News

Akankah Golkar Terjebak Siasat Busuk Istana?


Golkar adalah Partai yang paling solid dan berpengalaman. Di era Soeharto, Golkar menjadi kekuatan politik yang tidak pernah tersaingi. Selain berhimpunnya para tokoh besar dan berlevel internasional, Golkar juga telah melahirkan kader-kader bangsa yang mumpuni dan menjadi pimpinan berbagai parpol dan organisasi massa. Di Golkar masih berhimpun tokoh besar, seperti Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Fadel Muhammad, dll.

Setelah Soeharto jatuh, Golkar tidak lagi menjadi partai penguasa. Di era Habibie kekuatan Golkar sudah mulai melemah. Salah satu filosofi Golkar dari dulu adalah selalu berkoalisi atau mengabdi kepada bangsa dan negara dengan bergabung bersama partai penguasa.

Celakanya, di era kekuasaan Jokowi yang sangat absurd Golkar terjebak permainan kotor rezim Jokowi yang penuh tipu-tipu, kedustaan, dan kepalsuan sehingga kebesaran Golkar menjadi lenyap karena Ketumnya tersandera oleh kasus korupsi. Kasus korupsi Ketum Golkar ini menjadi alat pembungkaman dan intimidasi. Selama hampir 10 tahun berjalan, Golkar menjadi partai medioker yang kurang berperan dalam percaturan politik Indonesia, berbanding terbalik dengan Golkar di era Soeharto.

Salah satu kebusukan rezim Jokowi adalah menjadikan partai-partai koalisi pemerintah disandera dan dipermainkan agar terus “membebek” apa pun tindakan dan kebijakan pemerintah, yang pada faktanya telah melenceng jauh dari cita-cita luhur atau nawa cita yang selama digembar-gemborkan Jokowi ketika kampanye.

Jahatnya istana terhadap Golkar, bukan sekedar menyandera Ketumnya, tapi juga hendak melakukan kudeta. Kasus korupsi yang membelit Ketum Golkar dijadikan senjata untuk mengacak-acak Golkar demi melampiaskan ambisi Jokowi sang destroyer untuk mengambil alih posisi Ketum.

Kelicikan Jokowi sepertinya memang karakter bawaan, sehingga apa pun yang ditanganinya akan menjadi kacau dan berantakan. Jika saja para kader Golkar tidak menyadari akan kebusukan niat Jokowi mengambil alih Golkar, dipastikan Golkar akan sangat terpuruk di masa depan.

Tahun 2024 adalah tahun di mama kejayaan Jokowi berakhir. Jokowi bersama rezim akan menghadapi proses hukum yang adil dan tidak pandang bulu. Sehingga Jokowi hampir dipastikan akan bernasib sama seperti Donald Trump atau Najib Razak. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ketum Projo Budi Arie Setiadi, tahun 2024 jika proxy Jokowi kalah semuanya akan masuk penjara. Insya Allah, ini akan benar-benar terjadi

Tanda-tanda kekalahan capres pro Jokowi sudah terlihat makin terang benderang, walaupun lembaga-lembaga survey bayaran mencoba memanipulasi dengan mengunggulkan Prabowo dan Ganjar.

Insya Allah rakyat sudah cerdas dan tidak bisa dibodohi lagi, karena sudah banyak lembaga survey dan polling yang obyektif dan independen, seperti google trends dan ILC, di mana elektabilitas Anies mencapai 77-83 %. Pada saatnya nanti, semua makar (skenario) tim Jokowi bakal gagal total, karena Allah sudah menyiapkan skenario tandingan. Dari 10 skenario Tim Jokowi, 9 skenario sudah mampu digagalkan. Termasuk skenario mengkudeta*Golkar juga bakal gagal. Hanya beberapa kader Golkar “pengkhianat” saja yang mendukung Golkar diambil alih oleh Jokowi atau Luhut. Secara mayoritas kader Golkar pasti akan berontak dan tidak ingin Golkar dikemudikan oleh Jokowi (Luhut).

Akankah Golkar terjebak oleh siasat busuk Jokowi dan Luhut ? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Bandung, 9 Muharram 1445

Oleh : Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik

Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Akankah Golkar Terjebak Siasat Busuk Istana? Akankah Golkar Terjebak Siasat Busuk Istana? Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar