Breaking News

Anies Beberkan 6 Ide Capres 2024, Ini Bocoran-Bocorannya


Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan menyampaikan enam ide atau gagasan untuk Indonesia maju di masa depan, dengan analogi kota maju yang layak huni dan asri. 

"Saya ingin menyampaikan yang menjadi gagasan bagaimana kota di masa depan. Gagasan diturunkan dalam bentuk narasi supaya bisa dipahami oleh semua, sehingga visi itu diketahui secara sama atau simetris oleh semua," kata Anies dalam Rakernas XVI APEKSI, Kamis (13/7/2023).

Memberantas Ketimpangan

Ide pertama yang dibawa Anies untuk perencanaan Indonesia ke depannya adalah terkait ketimpangan. Dia menilai, saat ini masih nampak dengan jelas bahwa terjadi ketimpangan di Indonesia. Hal itu terlihat dari potret Indonesia pada malam hari, yang terlihat terang hanya di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya saja, dimana kota lainnya nampak gelap.

"Ini peta Indonesia, potret Indonesia di malam hari. Ini adalah potret kota-kota di Indonesia. Nah ketika melihat kota-kota di Indonesia, inilah wajah ketimpangan yang ada," ujarnya.

"Lampu ini menggambarkan kota Indonesia. Ketika kita lihat kota-kota ini, di Jawa paling terang itu Jakarta dan Surabaya, begitu masuk Sumatra titik-titik kecil, Kalimantan titik-titik kecil, sampai di kawasan Timur gelap."

Anies menilai, dengan hanya melihat listrik yang menyala pada malam hari saja sudah terlihat ketimpangan yang luar biasa.

"Coba kita lihat negara lain, India tuh kalau ditanya kompleks, ya kompleks. Jumlah penduduknya 1,3 miliar orang, lebih banyak dari kita. Tapi lihat ketika di malam hari terdapat distribusi yang relatif merata. Di sini terlihat bahwa kota-kota memiliki 'kontribusi' yang relatif setara. Kemudian lihat Korea Selatan apa lagi, tentu saja Seoul paling kuat," lanjutnya.

Jadi, lanjutnya, visi yang ingin ditawarkannya ke depan, dirinya ingin di malam hari seluruh kota di Republik Indonesia terlihat menyala terang dari udara. "Jadi jangan sampai kota-kota itu gelap, kalau gelap itu perekonomiannya rendah, kontribusi rendah," tuturnya.

Antisipasi Urbanisasi

Ide dari visi yang selanjutnya, Anies menilai pemerintah ke depannya harus bisa mengantisipasi masalah dari urbanisasi.

"Urbanisasi ini tidak bisa dihindari. Tetapi masalah yang ada di sebuah kota sesungguhnya adalah soal pilihan, kita memilih membiarkan muncul masalah, atau kita memilih untuk mengantisipasi masalah," tuturnya.

Berdasarkan data yang dimilikinya, sejak tahun 2009 penduduk Indonesia lebih banyak yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan di desa. Jadi kalau sampai dengan sekarang, lanjutnya, 14 tahun kemudian proporsi penduduk tinggal di kota lebih banyak daripada di desa.

"Urbanisasi itu oke, baik-baik saja, yang tidak baik itu Jakartanisasi. Ke Jakarta semua, that's not good, tapi kalau urbanisasi its okay, urbanisasi itu normal dan terjadi di seluruh dunia," ujarnya.

Untuk itu, dia menilai pemerintah harus mengantisipasi, jangan sampai dibiarkan tanpa perencanaan yang serius. Selain itu, dia melihat kontribusi penambahan penduduk perkotaan itu setiap 1% penambahan PDB per kapita nasional meningkatnya hanya 1,4%. Sementara di negara Asia lainnya plus 1% penduduk urban itu meningkatkan PDB sampai 3%.

"Artinya, kota-kota kita belum menjadi kota yang produktif secara ekonomi," tukasnya.

Lingkungan Hidup yang Layak

Selanjutnya, Anies juga menilai bahwa Indonesia masih punya masalah lingkungan hidup. Dari semua kota di Indonesia, hanya 8 kota kita yang memiliki kualitas udara yang baik. "Hanya 8 dari semua, that is not good."

"Lalu kita menyaksikan bahwa 30 juta penduduk di perkotaan itu tinggal di pemukiman yang tidak layak," lanjutnya.

Untuk itu ke depannya, Anies membagikan apa yang menjadi visinya, ia melihat kota itu harus bisa mempercepat pemenuhan layanan dasar.

"Apa itu layanan dasar? Air, kesehatan, pendidikan, pangan, dan papan. "Ini contoh 5 layanan dasar yang harus dipercepat pemenuhannya. Pertama terkait pangan, semua masyarakat yang tinggal di perkotaan tidak punya lahan pertanian. Tetapi bagaimana caranya agar perkotaan dan pedesaan memiliki satu skema untuk bisa memasok kebutuhan pangan dengan harga yang terjangkau, dan sustainabilitasnya terjamin," ujarnya.

Selanjutnya, tata kota yang produktif dan berkelanjutan. Menurutnya, produktif ini artinya kota yang efisien, aktivitas perekonomian tidak terhambat oleh faktor mobilitas, tidak terhambat oleh faktor-faktor sosial ekonomi lainnya.

"Kemudian (yang ketiga) perlunya mewujudkan interkonektivitas antar daerah. di mana itu daerah? Di dalam kotanya, dan antara kota dengan wilayah-wilayah yang berada di sekitarnya. Karena dalam praktiknya, kota-kota kita di Indonesia itu menjadi kota jasa yang memfasilitasi kabupaten-kabupaten yang berada di sekitarnya," tutur dia.

Lalu yang keempat adalah menjadikan kolaborasi sebagai praktik di perkotaan. Kota merupakan tempat berkumpulnya masalah, tetapi juga kota itu tempat berkumpulnya solusi, tempat berkumpulnya talent.

"Nah sayang kalau mengelola kota itu hanya dikerjakan oleh pemerintah kota saja, bila tidak memanfaatkan institusi-institusi. Karena itulah kolaborasi kami memandang sebagai kewajaran baru. Ini diberi catatan, karena kita perhatikan salah satu faktor yang membuat kawasan perkotaan itu bergerak lebih cepat adalah ketika kualitas pendidikan dan kualitas manusia di daerah itu makin hari makin baik," kata Anies.

Sebagai indikator saja, kata Anies, pemerataan perguruan tinggi terbilang sangat kurang. Pemerataan perguruan tinggi menumpuk di pulau Jawa, apalagi di Jawa Barat itu ada 388 perguruan tinggi, di Jakarta ada 276, di Jawa Tengah 250, dan Jawa Timur 341.

"Ini menyedot talent dari seluruh Indonesia. Sekali mereka tersedot jauh dari kotanya, dari wilayah asalnya, potensi kembali itu menjadi rendah, karena itu kami melihat ini penting.

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa kota-kota besar menjadi pusat Rumah Sakit, Pendidikan, Kebudayaan, perdagangan yang ini berkorelasi dengan kawasan sekitarnya. Jadi pembangunan kota harus juga memasukkan bagaimana bisa kolaborasi dengan daerah-daerah sekitarnya.

Pengentasan Kesenjangan Sosial

Hal itu membawa kepada ide dari visi yang selanjutnya, mengentaskan kesenjangan sosial yang tinggi di perkotaan.

"Dulu saya menginisiasi program pengiriman guru ke pelosok tanah air, pelosok di Sulawesi, ada di Nusa Tenggara, di mana-mana karena adanya ketimpangan itu. Lalu, ketika saya mendapatkan tugas menjadi calon Gubernur, saya keliling Jakarta, pada saat keliling itu saya justru menemukan bahwa kemiskinan ekstrem itu adanya tidak di pelosok yang jauh sana, tapi kemiskinan ekstrim itu adanya justru di pusat pemerintahan, di pusat negara kita, di Jakarta. Yang ekstrem miskin di situ, yang ekstrem kaya juga di situ," ujarnya.

Oleh sebab itu, dia menilai pemerintah harus membereskan terlebih dahulu ketimpangan-ketimpangan yang ada di kota. Dan itu dia melihat permasalahannya ada pada pertumbuhan yang tidak berkeadilan.

Anies melihat apa yang terjadi di Jakarta adalah fenomena yang bisa terjadi di kota-kota lain pada beberapa dekade yang akan datang. Oleh karena itu dia memandang sebaiknya jangan mengulang problematika yang dilewati beberapa dekade di Jakarta dan kota besar lainnya.

"Tapi mulai dari sekarang kita tata agar kota-kota kita, ketika nantinya menjadi kota yang besar dia menjadi kota yang layak huni," cetusnya.

Ada 4 prinsip untuk kota di masa depan menurut Anies, diantaranya layak huni, asri, adil, dan maju. "Kira-kira empat prinsip itu yang kita ingin lakukan ke depan," kata dia.

Layak huni artinya air bersih, tersedia tempat tinggal yang layak, lingkungan hidupnya baik. Kemudian adil artinya ada kesetaraan dan kesempatan dari mulai pendidikan, kesehatan, sampai dengan kegiatan keagamaan. Selanjutnya maju artinya itu masyarakat terus-menerus membuat kota yang memfasilitasi dan modernisasi di kota ini.

Kota yang Mandiri

Ide dari visi yang selanjutnya adalah, bagaimana caranya agar kota-kota di seluruh Indonesia menjadi kota yang mandiri. Sebab, masalah yang juga dihadapi di kota-kota seluruh Indonesia, adalah soal kemandirian fiskal. Menurut laporan dari Kementerian Keuangan, katanya, 60% atau 70% kota di Indonesia itu belum Mandiri, 29% setengah mandiri, dan hanya, 2% yang mandiri.

"Mandiri itu artinya PAD mampu membiayai lebih dari sebagian besar belanja daerah. Ini harus kita selesaikan sama-sama, tidak bisa terus-menerus kota berada dalam posisi tidak mandiri. Jadi kalau ditanya ke depan seperti apa, kita ingin kota-kota di Indonesia menjadi kota yang mandiri," tuturnya.

Transit-oriented Development

Ide dari visi yang berikutnya terkait dengan transportasi umum. Menurutnya, hal ini perlu secara serius dipikirkan dari sekarang, jangan sampai terlambat.

"Kami di Jakarta berpuluh tahun menggunakan pendekatan namanya car oriented development, pembangunan berbasis mobil atau berbasis kendaraan darat. Ke depan kota-kota harus membangun berdasarkan transit-oriented development, berdasarkan kendaraan umum," cetus Anies.

Lantas, bagaimana dengan implikasinya? Anies memberikan contoh yang terjadi di Jakarta. Konsep car-oriented terjadi karena adanya aturan semakin tinggi bangunan, maka harus semakin lebar jalannya, dan sebaliknya, semakin sempit jalan maka semakin pendek bangunannya.

"Kalau jalannya seperti Gatot Subroto atau Jendral Sudirman gedung nya menjadi tinggi-tinggi karena jalan yang lebar, ini car-oriented. Apa yang terjadi dengan konsep itu? kita siapkan jalur-jalur ke luar kota, lalu yang muncul problem apa? kita tidak bisa membangun bangunan yang tinggi, karena bangunan yang tinggi adalah di pinggir jalan, dan bangunan tinggi di pinggir jalan harganya mahal," tukas dia.

"Apa yang terjadi kemudian? penduduk kota itu bergeser keluar mencari tanah yang lebih murah, mencari rumah yang lebih terjangkau, lalu pemerintah menyiapkan jalan tol keluar. Jadi masuk keluar kotanya dimulai dari tata ruang yang berdasarkan pada jalan, memaksa penduduk yang keluar supaya harganya terjangkau. Pemerintah menyiapkan jalanan untuk mereka masuk menggunakan mobil, efeknya kemacetan yang luar biasa."

Sementara transit-oriented adalah menghasilkan pertumbuhan bangunan-bangunan tinggi di sekitar kawasan terminal dan kawasan stasiun.

"Yang kita harapkan adalah, penduduk yang kemarin terlempar keluar karena tidak mampu menjangkau rumah di Jakarta, mereka akan berbondong-bondong masuk kembali ke Jakarta, dan menggunakan kendaraan umum, bukan kendaraan pribadi. Jadi kami melihat problematika ini Jangan sampai terulang di kota-kota besar atau kota menuju besar lain di Indonesia," tukasnya.

Untuk melakukan perubahan itu semua, menurut Anies, perlu adanya kolaboratif atau bergotong royong, karena itu semua tidak bisa dikerjakan sendirian, butuh kolaborasi antara pusat dengan daerah.

"Jadi sudah cukup pendekatan yang orang pusat mengatakan satu dua tiga empat lima, lalu daerah mengerjakan, tidak. Sudah saatnya pusat lebih banyak mendengarkan kepada daerah. Karena yang tahu daerah itu ya bapak/ibu semua. Tidak mungkin kebijakan simetrik di semua tempat sama, setiap tempat memiliki kekhasan yang perlu solusi yang berbeda. Karena itu saya mengajak APEKSI untuk menyusun sama-sama visinya tadi. Tetapi untuk melaksanakan visinya, yuk kita kerja bareng-bareng di sini," ujarnya.

"Saya minta bapak/ibu sekalian bantu kami rumuskan apa hal yang harus diteruskan dari kebijakan sekarang. Kemudian, apa yang harus dikoreksi dari kebijakan sekarang. Lalu, apa yang harus dihentikan dari kebijakan yang ada sekarang. Dan yang terakhir, apa hal baru yang harus kita buat sama-sama supaya visi itu bisa terjadi," imbuhnya.

Foto: Anies Baswedan. (YouTube/CNN Indonesia)
Anies Beberkan 6 Ide Capres 2024, Ini Bocoran-Bocorannya Anies Beberkan 6 Ide Capres 2024, Ini Bocoran-Bocorannya Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar