Desain Kemeja Garis Hitam Putih dari Jokowi, Apakah Berarti Ganjar Tidak Sepenuhnya Diasuh PDIP?
Ganjar Pranowo, bakal calon presiden dari PDIP, dalam sebuah kesempatan memperkenalkan baju identitas kampanyenya, yakni kemeja garis-garis hitam-putih. Yang menarik, Ganjar menyatakan bahwa kemeja tersebut dirancang oleh Presiden Jokowi yang juga kader PDIP. Kemeja garis-garis itu saat ini sudah dipakai oleh Ganjar dan para relawannya. Tampaknya Ganjar tetap ingin membangun asosiasi dengan Jokowi dan ini menunjukkan Ganjar pribadi calon presiden yang tidak mandiri karena tidak bisa melepaskan diri dari Jokowi.
Menanggapi hal tersebut, Rocky Gerung dalam kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Jumat malam (21/7/23) mengatakan, “Ini bisa berakibat panjang bagi outlet-outlet yang menjual baju hitam putih. Karena banyak orang mungkin yang justru tidak mau membeli bajunya, karena menganggap itu artinya pro Ganjar. Jadi, mendua sebetulnya. Kalau misalnya dipromosikan hitam putih, orang mungkin ya sudah daripada diidentikkan dengan orang yang punya masalah ekologi, misalnya, jangan pakai itu.”
Jadi, lanjut Rocky, kita mesti melihat bahwa semiotika fashion artinya sesuatu yang masih berubah. Jadi, sesuatu yang masih berubah jangan dipastikan sebagai penanda identitas, karena orang akan menganggap bahwa hitam putih itu adalah orang perusak lingkungan.
“Atau orang akan bilang artinya Ganjar nggak sepenuhnya diasuh oleh PDIP karena kenapa nggak merah sinyalnya. Jadi, semua permainan semiotik itu, penanda-penanda ini, harus dipastikan. Jangan sampai justru melemahkan posisi Ganjar yang memang sudah lemah. Kalkulasi-kalkulasi ini musti dihitung berdasarkan, misalnya, apakah secara sinematografi itu berguna warna itu, bukan hanya karena didesain atau diusulkan oleh Jokowi,” ujar Rocky.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, ini Rcky juga mengatakan bahwa soal pemilihan warna merupakan persoalan yang sangat serius. Di Amerika, ada tim khusus untuk mencari tahu tentang warna. Jadi, memang ada perhitungan khusus bagi calon presiden, yaitu ada fashion advisor atau beauty advisor, bahkan untuk menanyakan posisi hubungan antara fashion dengan elektabilitas.
“Jokowi kan bukan ahli fashion, dia ahli mebel. Jadi lain kalau meja kampanyenya Ganjar yang didesain Jokowi masuk akal, tapi kalau yang mendesain bajunya adalah Jokowi, itu bisa punya problem macam-macam. Atau bahkan orang akan nyinyir bahwa ini semacam mengisi teka-teki silang. Jadi, semua hal bisa diucapkan. Nah, kita cuman mencoba untuk membayangkan kontroversi dari pemilihan warna itu. Kita nggak ada urusan, tapi kita tahu bahwa ini akan panjang urusannya karena netizen selalu punya kesempatan untuk ngulik-ngulik sesuatu yang enggak terlihat,” ujar Jokowi.
Dari Ganjar yang menyatakan bahwa kemejanya didesain oleh Jokowi, ada dua hal yang bisa kita lihat, yaitu dia ingin mengulang keberhasilan Jokowi dulu dengan menggunakan baju kotak-kotak dan dia tetap saja sebagai figure yang mengharapkan berkah dari Jokowi, berkah nama dari besar Jokowi. Sementara itu, dari sisi Jokowi menimbulkan pertanyaan bagi Prabowo, sebenarnya Jokowi mau mendukung penuh Prabowo atau masih separuh-separuh dengan Ganjar. Kenapa masih mendesainkan baju untuk Ganjar.
“Ya, itu, problem kita selalu adalah Jokowi tetap mau kelingkingnya ada di Ganjar, jempolnya ada di Prabowo, mungkin telunjuknya ada di Erick Thohir, macam-macam. Padahal, sebetulnya di dalam problem hari ini orang mau melihat ide dari 3 calon presidennya apa, termasuk ide Jokowi. Apa ide Jokowi tentang masa depan pulau-pulau food estate, apa masa depan Papua yang ada dalam ketegangan terus-menerus. Itu tidak ada hubungannya dengan baju. Ini juga menyesatkan bahwa semua selalu dianggap bisa berhasil kalau ada semacam diferensial,” ungkap Jokowi.
Saat Jokowi mau nyapres, kata Rocky, memang dibuat heboh dengan kotak-kotak, tetapi pada waktu itu Jokowi memang sudah sangat popular. Dari Solo juga sudah popular, masuk DKI sudah popular. Oleh karena itu, begitu menjadi capres tinggal dipoles sedikit. Ganjar lain. Ganjar datang dari Jawa Tengah dan yang orang ingat Ganjar memimpin Jawa Tengah, tapi Jawa Tengah makin miskin dalam kepemimpinan Ganjar. Provinsi Jawa Tengah itu provinsi termiskin di Jawa. Jumlah putus sekolah SMA setiap tahun ada 45.000 orang. Itu artinya Ganjar gagal mencerdaskan kehidupan bangsa. Rasio kemiskinannya 9,8%, di atas rata-rata nasional.
Jadi, semua orang akan melihat sebetulnya apa di balik garis-garis itu kalau prestasinya minim, kurang. Jadi, sebaiknya kita dorong Ganjar ini untuk mempersiapkan argumen tentang prestasi dia yang banyak dikritik dan dikritiknya memang betul-betul faktual. Stunting juga di Semarang naik terus. Jadi sebetulnya kita mau lihat perdebatan yang bukan sekedar bersifat fashion, tapi yang betul-betul otentik sebagai ide.
Sumber: fnn
Foto: Ganjar Pranowo/Net
Desain Kemeja Garis Hitam Putih dari Jokowi, Apakah Berarti Ganjar Tidak Sepenuhnya Diasuh PDIP?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar