Kisah Anies Baswedan Mulai Menjadi Warga Dunia

JAKARTA, 22 Juli 2023 - Anies Rasyid Baswedan menjadi salah satu calon presiden (cawapres) yang diusung oleh 3 partai politik dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang akan mengikuti kontestasi Pilpres 2024.

Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini merupakan anak dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Ganis. Rasyid Baswedan, sang ayah dari Anies Baswedan, menjadi aktivis mahasiswa dan pernah menjabat sebagai Sekjen Dewan Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII). Setelah wisuda dari UII, Rasyid Baswedan yang lahir di Kudus pada 21 September 1932, langsung menjadi dosen di kampus yang berlokasi di Yogyakarta tersebut. Rasyid Baswedan menikah dengan Aliyah Ganis pada Maret 1968.

Sang Ibu menjalani pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Padjajaran yang kemudian menjadi IKIP Bandung. Kedua orang tua Anies Baswedan merupakan dosen. Bahkan, ibunya yang lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 20 Maret 1940 ini sampai meraih gelar guru besar atau profesor.

Sejak masa kecil dibesarkan di Yogyakarta, Anies Rasyid Baswedan menjalani pendidikan di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia terpilih sebagai satu dari empat siswa dari Yogyakarta yang mengikuti American Field Services (AFS) Intercultural Program, sebuah lembaga nirlaba di New York, AS

"Untuk jangka panjang, AFS itu penting sekali," tutur Aliyah seperti dikutip dari buku 'Ketika Anies Baswedan Memimpin'.

Pada Agustus 1987, Anies terbang ke AS. Uniknya, selain membawa bekal berbagai pengetahuan untuk presentasi di sana, ternyata Anies juga membawa blangkon dan surjan. Dia tinggal di rumah keluarga Katolik yang taat. Mereka toleran dan hangat, memberikan kesempatan kepada Anies untuk menjalan salat dan ibadah lainnya. Di usia yang masih baru sekitar 17 tahun, dia harus belajar hidup mandiri di negeri lain.

Selama di AS, Anies berusaha terlibat dalam kegiatan masyarakat dan lingkungannya. Setiap Minggu pagi, dia menghadiri acara sarapan pagi yang dihelat gereja setempat. Bahkan, suatu hari, Anies mendapatkan kesempatan untuk ceramah tentang Islam dan Indonesia di gereja tersebut. Di usia yang masih terbilang sangat muda, Anies piawai membawakannya dengan kecakapan retorika dan bahasa Inggris sehingga tema Islam dan Indonesia dapat tersampaikan dengan baik.

Selama 1 tahun di AS memberikan banyak pengalaman bagi Anies Rasyid Baswedan. Mulai dari perbedaan budaya, kebiasaan, maupun pola pikir yang justru bukan menjadi penghalang terjalinnya antarsesama dari beragam bangsa. Pengalaman yang sangat berharga ini diterapkan Anies di Indonesia, sebuah negara yang paling beragam di dunia.

Inilah masa-masa pertama Anies Baswedan menjadi warga dunia sebelum akhirnya dia melanjutkan pendidikan magister dan doktoral di Amerika Serikat.