‘Common Enemy’ Itu Bernama Jokowi, Mundur atau Dimundurkan!
Korupsi adalah musuh bersama, ketidak adilan baik dibidang hukum, ekonomi dan kesejahteraan juga adalah musuh bersama. Penghianat bangsa dan negara adalah musuh bersama.
Penipu juga musuh bersama. Ini terjadi di negara yang berlandaskan Pancasila & UUD 45. Artinya musuh bersama rakyat Indonesia itu mengarah ke Jokowi, sebagai presiden.
Memang aneh, kok presiden bisa jadi musuh bersama rakyat Indonesia. Lebih mengejutkan lagi ternyata jika Jokowi dimakzulkan, semua partai & elemen masyarakat juga untung, kecuali yang tergolong oligarki dan kaki tangannya. Kok bisa ya ?
Pilpres tanpa Jokowi menurut analisis beberapa pengamat akan lebih baik dan lebih fair. Artinya keberadaan Jokowi tidak ada manfaatnya buat rakyat Indonesia. Jokowi hanya bermanfaat untuk oligarki saja.
Jika dilihat dari kacamata demokrasi, memang sepintas terlihat normal saja. Tapi coba perhatikan sekitar 800 an korban petugas Kpps yang meninggal tidak wajar, keberingasan polisi terhadap ulama dan umat Islam saat demo, sampai kasus km 50.
Sampai sekarang masih ada ulama yang ditahan dipenjara dan tahanan luar akibat tuduhan remeh temeh. Jokowi dikenal bengis dan sadis, rasanya tidak ada pantasnya menjadi pemimpin RI yang besar ini.
Dilihat dari segi pendidikan lebih parah, profesor di UNS aja bisa seenaknya dipecat karena idenya tidak sejalan dengan menteri. Kian mengkhawatirkan, Inilah Masalah Pendidikan di Indonesia.
Kekerasan Seksual di Lingkungan Sekolah, Pendidikan Karakter yang Belum Maksimal, Maraknya Pungutan liar, Sarana dan Prasarana yang Belum Merata (La Ode Bahtiar, Juli, 2023, zonasultra-id)
Dosa terbesar Jokowi sebagai presiden adalah merangkul kembali neokomunis masuk dalam segala lini pemerintahan, membelah bangsa dan memusuhi ulama. Menciptakan ketidakadilan daneningkatkan ketimpangan sosial ekonomi.
Petisi 100 yang merupakan perwakilan dari beberapa elemen rakyat, telah menyampaikan petisi untuk memakdzulkan Jokowi ke Gedung MPR tanggal 20.07.2023. Berikut ini 4 alasan Amien Rais seorang tokoh nasional ingin Jokowi mundur dari jabatannya dengan alasan munculnya Mosi Tidak Percaya terhadap pemerintahan Jokowi a.l.:
1. Adanya dugaan penjegalan Anies Baswedan sebagai calon presiden.
2. Adanya upaya pembegalan kepengurusan Partai Demokrat melalui Peninjauan Kembali (PK) KSP Moeldoko.
3. Adanya dugaan penyalahgunaan wewenang dengan menggunakan institusi negara untuk Pemilu 2024.
4. Terbitnya Perppu Cipta Kerja, pemecatan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Aswanto, dan dugaan ijazah palsu Jokowi.
Munculnya petisi 100 & mosi tidak percaya dari Amin Rais merupakan indikasi bahwa Jokowi tidak layak lagi dipertahankan.
Sebenarnya jika Jokowi nalarnya baik tentu akan secara suka rela mengundurkan diri, dengan demikian dosa2 nya tidak akan terlalu berat. Akan tetapi jika terpaksa dimundurkan, konsekwensi pengadilan telah menanti.
Jokowi mungkin saat ini tengah berpikir dan berupaya agar bersama keluarganya bisa selamat dengan menyiapkan penggantinya. Rasanya upaya ini akan sia2 belaka. Jokowi masih bisa memilih antara mundur atau dimundurkan.
Setelah Jokowi lengser, Jokowi itu bukan siapa-siapa, hanya merupakan anggota partai saja. Jokowi saat itu tidak memiliki lagi kekuasaan, para pengusaha kakap yang selama ini merapat, tentu secara bertahap akan meninggalkan Jokowi.
Pengusaha & pejabat yg saat ini siap sedia dipanggil selam 24 jam, nanti tidak akan ada lagi. Para penjilatpun akan minggir teratur.
Katakanlah Ganjar Pranowo yang menang, tentu Ganjar akan lebih mengikuti perintah Partainya. Jokowi belum tentu aman.
Gugatan banyak pihak atas dugaan korupsi sejak jadi Gubernur DKI sampai presiden tidak mungkin dihindari.
Gugatan atas kejahatan politik rasanya tidak mungkin juga dilindungi oleh GP, karena GP sendiri tidak bersih.
Seandainya Prabowo yang menang, mungkinkah bisa melindungi Jokowi? Rasanya tidak juga. Ingat HRS yang banyak sekali jasanya terhadap Prabowo saja, tidak mampu dilindungi, apalagi hanya sekelas Jokowi.
Prabowo bukan tipe orang yang setia buta, tapi semua dipertimbangankan secara rasional. Jika merugikan namanya janfan harap bisa membantu, apalagi Prabowo tidak termasuk pejabat bersih pula.
Seandainya Anies yang menang, tentu sama saja Anies tidak mungkin melindungi orang yang salah. Melindungi Jokowi artinya melindungi orang yang selama ini mendzaliminya, para pendukungnya pun tidak akan mau.
Akan tetapi Anies adalah capres yang paling bersih, bijak & amanah. Anieslah kelak yg akan berani melindungi Jokowi jika Jokowi menyerah total dan mengaku dosa.
Para pembantu Jokowi yang saat ini mau pasang badan buat Jokowi, akan berbalik menyalahkan Jokowi. Ini akibat tidak ada visi dan misi menteri. Para menteri akan bebas jika menunjuk Jokowi sebagai komandannya.
Polisi yang selama ini dijadikan alat kekuasan Jokowi, akan berbalik arah atau minimal berdiam diri. Polisi akan memilih posisi yang paling aman, tidak lagi dapat digunakan oleh Jokowi. Memang mengerikan, seperti makan buah dimalakama.
Semakin hari semakin banyak orang yang minta Jokowi mundur baik yang langsung datang ke Jakarta ataupun tidak.
Ditunda 1 tahun lagi sampai 2024 rasanya bukan pilihan yang tepat, karena Jokowi tidak tahu diri, terlalu memaksakan kehendak oligarki dan aseng.
Bandung, 10 Agustus 2023
Oleh: Memet Hakim
Pengamat Sosial, Wanhat APIB
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Ikuti Twitter Kami: @OposisiCerdas
‘Common Enemy’ Itu Bernama Jokowi, Mundur atau Dimundurkan!
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar