Imam Masykur Bukan Orang Kaya, Kenapa Praka Riswandi Manik Pilih Peras Imam?
Imam Masykur bukan orang kaya, tapi kenapa oknum Paspampres Praka Riswandi Manik memilih menculik dan menyiksa Imam untuk diperas?
Kenapa tidak Praka Riswandi Manik memilih orang yang kaya saja untuk diperas? Karena pasti uangnya banyak.
Misalnya Praka Riswandi Manik memeras bandar besar narkoba.
Itu jika memang benar Imam Masykur adalah penjual obat ilegal seperti yang ia klaim.
Seperti yang diketahui, Pomdam Jaya menyatakan, motif penculikan dan penyiksaan itu adalah pemerasan.
Korban dipilih untuk diculik, disiksa, dan diperas, karena diklaim menjual obat-obatan ilegal.
Tentu saja itu adalah klaim Riswandi Manik, oknum Paspampres.
Danpomdam Jaya, Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar, dalam keterangannya pada Senin 28 Agustus 2023 mengungkap motif penculikan dan penyiksaan itu.
Irsyad menyebut, penculikan dan penyiksaan dilakukan dengan latar belakang pemerasan dan meminta uang tebusan.
Irsyad menyatakan, pelaku mengklaim bahwa Imam Masykur selama ini menjual obat-obatan ilegal di kiosnya di Ciputat.
Karena itu, para pelaku yakin korban atau keluarganya tidak akan berani melapor ke polisi.
"Karena mereka yakin jika korban Imam Masykur ini kan pedagang obat ilegal. Jadi kalau misalnya dilakukan penculikan, dilakukan pemerasan, itu mereka enggak mau lapor polisi," kata Irsyad kepada wartawan, Senin 28 Agustus 2023.
Dalam penculikan dan penyekapan itu, korban kemudian disiksa oleh para pelaku.
Penyiksaan dilakukan lantaran keluarga korban tidak mau membayar uang tebusan sebesar Rp50 juta yang diminta.
“Mereka minta Rp50 juta tadi enggak dipenuhi, kan akhirnya disiksa terus. Pada saat disiksa mungkin penyiksaan itu berat akhirnya meninggal,” kata Irsyad.
Faktanya, Imam Masykur bukanlah orang kaya atau orang berduit.
Fakta bahwa Imam Masykur bukan orang kaya diungkap Said Sulaiman yang merupakan kakak sepupu korban.
Sulaiman menceritakan, Imam sampai saat ini masih bujang, alias belum berkeluarga.
Adik sepupunya itu mulai merantu di Ciputat, Tangsel, sejak Januari 2023.
Jika Imam dari keluarga yang mampu secara ekonomi, korban pasti memiliki tempat tinggal sendiri.
Nyatanya tidak. Selama di Ciputat, Imam hidup menumpang di rumah Sulaiman.
Toko kosmetik tempat Imam berada saat diculik ternyata juga bukan milik Imam sendiri.
Itu adalah toko milik Sulaiman. Di toko itu, Imam dipekerjakan Sulaiman untuk menjaga toko di kawasan Rempoa itu.
Sementara Sulaiman, menjaga toko kosmetik miliknya yang lain, yang masih di kawasan Rempoa.
Sulaiman menceritakan, usai diculik, dirinya langsung menelepon nomor adik iparnya itu.
Beberapa kali ditelepon, tapi tetap tidak tersambung alias tidak aktif.
Baru pada malam harinya Sulaiman mendapat telepon dari nomor Imam Masykur.
Kepada Sulaiman, Imam mengaku diculik dan mendapatkan penyiksaan dari para pelaku.
Sempat ditanya dimana lokasinya saat itu oleh Sulaiman. Tapi Imam tidak menjawab.
Saat itu, Sulaiman hanya mendengar Imam yang berkata-kata dengan terbata-bata dan terus menangis.
Kepada Sulaiman, Imam meminta tolong agar dibantu untuk mencarikan uang Rp50 juta.
Uang itu diminta oleh para pelaku penculikan dan penyiksaan dirinya sebagai tebusan.
Imam juga berjanji akan mengembalikan uang tersebut kepada Sulaiman suatu saat nanti ketika pulang kembali ke Aceh.
Sulaiman menyanggupi permintaan Imam dengan mencarikan Rp50 juta sesuai yang diminta para penculik.
Di sela komunikasi itu, Imam juga meminta Sulaiman agar uang tersebut bisa secepatnya disediakan.
Sebab, kata Imam kepada Sulaiman, waktunya tinggal sedikiti dan ia akan dibunuh oleh para penculik.
Tapi uang Rp50 juta itu bukan uang yang sedikit bagi Sulaiman. Apalagi, pastinya, bagi Imam dan keluarganya.
Setelah komunikasi tersebut, ibunda Imam Masykur di Aceh, Fauziah, menelepon Sulaiman, esok harinya.
Fauziah bertanya kepada Sulaiman apakah benar kabar bahwa anaknya diculik orang tidak dikenal.
Ternyata, sebelum menelepon Sulaiman, Fauziah sempat mendapat telepon dari Imam Masykur.
Dalam sambungan telepon itu, Imam bercerita kepada ibunya sambil terus menangis.
Kepada ibunya, Imam meminta tolong dicarikan uang Rp50 juta sesuai permintaan Praka Riswandi Manik Cs.
Imam juga mengaku kepada ibunya bahwa dirinya sudah tidak tahan lagi dan sangat kesakitan karena terus mengalami penyiksaan.
Setelah berbicara dengan Imam, para pelaku kemudian yang mengambil alih telepon korban.
Pelaku, entah siapa, kemudian yang berbicara langsung kepada Fauziah.
Kepada Fauziah, pelaku memerintahkan agar secepatnya menyediakan uang Rp50 juta sebagai tebusan Imam.
Jika uang yang diminta itu tidak ada, maka Imam akan dibunuh dan mayatnya dibuang ke laut.
Akan tetapi, uang yang tidak sedikit itu tidak bisa didapat setelah berhari-hari berusaha.
Wajar saja, Imam dan keluarganya, sekali lagi, bukan orang kaya atau orang berduit.
Uang Rp50 juta itu uang yang sangat besar. Apalagi jika harus didapatkan dalam waktu yang sangat cepat.
Sangat tidak mungkin.
Sampai akhirnya pihak keluarga mendapat kabar adanya penemuan mayat yang ditemukan sudah membusuk dari sungai di Karawang.
Setelah dikirim ke RSPAD Gatot Subroto, diketahui bahwa mayat tersebut tidak lain adalah Imam Masykur, korban penculikan dan penyiksaan Praka Riswandi Manik Cs.
Jadi, kenapa Praka Riswandi Manik Cs memilih Imam Masykur untuk diculik, disiksa dan diperas meski korban bukan orang kaya?
Kenapa Praka Riswandi Manik Cs tidak memilih bandar besar narkoba yang pastinya memiliki uang bukan cuma Rp50 juta sebagai tebusan? Mungkin bisa sampai Rp200 juta atau Rp500 juta sekalipun.***
Sumber: pojoksatu
Foto: Imam Masykur bukan orang kaya, kenapa Praka Riswandi Manik Cs tidak pilih peras bandar besar narkoba saja
Imam Masykur Bukan Orang Kaya, Kenapa Praka Riswandi Manik Pilih Peras Imam?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar