Jokowi, Presiden tanpa Harga Diri
Kejadian yang terjadi di Kenya baru-baru ini, ketika Jokowi tengah melakuksn kunkungan kenegaraan dan memeriksa barisan, tapi salah melangkah, suatu kejadian yang sangat memalukan. Bagi orang yang sensitif dan masih punys kesadaran dan rasa malu, sebenarnya ini sebuah kode bahwa Jokowi itu orang tidak layak memimpin negara. Ini hanya salah satu dari sekian banyak kejadian yang menunjukkan kalau Jokowi bukan “maqamnya” jadi Presiden, sehingga Luhut dan Sri Mulyani sampai harus memegang 30 jabatan.
Pernahkah rakyat menegur Jokowi ?
Sudah ratusan tulisan yang mengkritik dan menasihati Jokowi, sudah ribuan orang yang mencerca Jokowi, dan sudah jutaan orang yang yang memendam rasa amarah dan kekecewaan terhadap Jokowi. Ada yang disampaikan secara lemah lembut, biasa saja, sampai dengan cara yang keras dan kasar, tapi tak pernah didengar, jangankan direspon.
Jika seseorang masih bisa dinasehati dengan cara lemah lembut, sebenarnya tidak perlu harus dengan cara keras apalagi kasar. Tapi jika dengan cara lemah lembut tidak mempan, dengan cara yang normal juga tidak mempan, maka tidak ada cara lain selain dengan cara keras atau bahkan harus “diperangi”.
Ketika Rasulullah saw mengutus sahabatnya untuk dakwah, mereka diberi tiga pilihan : masuk Islam dengan sukarela, kalau tidak, harus membayar _jizyah_(upeti), jika keduanya menolak maka pilihan ketiga adalah diperangi.
Jabatan itu amanah. Jika seseorang sudah tidak mampu mengemban amanah itu, tidak perlu harus diberhentikan oleh pemberi amanah (dalam hal ini rakyat), tapi harus tahu diri untuk segera mundur.
Jika diibaratkan salat berjamaah, Jokowi itu imam dan rakyatnya jadi makmum. Imamnya bukan saja sudah kentut berkali-kali, tapi sudah melakukan gerakan-gerakan di liar ketentuan salat maka bagi imam yang tahu diri sudah harus mundur, walaupun makmum di shaf pertama “dungu” semua.
Barangkali kejahatan Jokowi sebagai Presiden sudah over loaded, sehingga hatinya sudah berubah jadi hitam semua, sehingga sudah tidak mampu melihat kebenaran. Tanda-tanda orang yang hatinya sudah hitam adalah hilangnya rasa malu dan tidak ada rasa menyesal walaupun itu kesalahan besar. Jika kesalahan besar sudah tidak ada rasa penyesalan, apalagi kesalahan kecil.
Firman Allah : “barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi (ditumpuk lagi) oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah:81)
Atas sikapnya yang tidak mau mendengar nasihat, sindiran, keluhan, kritikan, .makian, sampai kutukan rakyat, sangat wajar jika rakyat dengan nada murka menyebut Jokowi sebagai Fir’aun, musuh rakyat, pengkhianat, pendusta, penipu, antek PKI, sampai sebutan bajingan, tolol, dan pengecut. Tapi itu pun tidak direspon apa pun selain diceritakan kepada pejabat negara dan Anggota Dewan tanpa ada tindak lanjut pada Sidang Tahunan MPR.
Dari sisi rakyat, Jokowi memang seorang presiden yang telah kehilangan harga diri dan rasa malu. Demikian juga di kalangan dunia internasional citra 8Jokowi sudah kehilangan harga diri. Mengapa demikian ? Karena hati, akal, penglihatan, dan pendengarannya sudah mati, atau jangan-jangan memang sudah dikunci mati (hati, mata dan telinga) oleh Allah ? Dosa yang bertumpuk-tumpuk hanya bisa diatasi dengan jalam *taubatan nasuha*
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Q.S. Al-Baqarah:7)
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S.Al-‘A`rāf:179 )
Akankah Jokowi kembali ke jalan yang benar, atau akan mengakhiri jabatan dan matinya sebagai suu-ul khatimah
Wallahu a’lam
Bandung, 11 Shafar 1445
Oleh : Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Jokowi, Presiden tanpa Harga Diri
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar