Kalau Dokter Marah Bisa Tampar Balita
WAKIL Direktur RSU Bahagia Makassar, dr Makmur, 65, dipecat gegara menampar bocah laki usia 3 tahun, Muhammad Aydan sampai tersungkur. Legal Konsultan RSU Bahagia, Muhammad Fakhruddin mengatakan: “Keputusan rapat direksi, beliau dipecat tidak hormat.”
Peristiwa itu menghebohkan. Kejadian direkam video, diunggah ke medsos dan viral. Selain dipecat, Makmur juga dipolisikan ayah si balita, Muhammad Ibnuagung Yasin, 27, yang biasa dipanggil Agung.
Polrestabes Makassar sudah menetapkan Makmur sebagai tersangka. Tapi tidak ditahan, karena ancaman hukuman di bawah lima tahun penjara.
Kronologi, Kamis, 17 Juli 2023 sekitar pukul 23.00 Wita, main catur dengan teman di Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Sulsel. Warung kopi itu milik Agung, dan Agung ada di situ.
Tahu-tahu bocah laki anak Agung lewat, mendekati catur. Salah satu bidak catur diambil, menyenggol bidak-bidak lain. Susunan catur berantakan, berjatuhan.
Makmur langsung menampar bocah iu, satu kali, dengan keras. Bocah jatuh tersungkur, bibirnya sobek kebentur kursi. Saat kejadian, Agung ada di situ dan melihat langsung.
Lalu, Agung minta maaf. Ia memunguti bidak-bidak catur yang jauh. Disusun kembali. Agung minta maaf, anaknya sudah menjatuhkan bidak catur.
Ternyata, reaksi Makmur malah memarahi Agung. Mengumpat aneka kata. Sambil berjalan pergi, meninggalkan warung. Kejadian itu terekam CCTV.rekaman ini diunggah ke medsos dan viral.
Agung kepada wartawan, Senin (31/7) menceritakan, Makmur pergi meninggalkan warung sambil mengumpat Agung. “Ia bilang, laporkan ke polisi, saya tidak takut. Saya punya saudara polisi,” katanya menirukan Makmur.
Agung: "Besoknya, pagi-pagi ia telepon saya. Kan ia lihat itu video, yang sudah beredar malamnya. Ia bilang: Eh… jangan kau edit-edit itu video, nah. Saya jawab, saya tidak edit. Memang itu kenyataan.”
Dilanjut: "Setelah bicara segala macam, ia bilang: Pokoknya saya akan laporkan kau. Lapor pencemaran nama baik. Saya bilang, lapor kan pak. Karena saya mau melapor juga ini.”
Jumat, 28 Juli 2023 pagi Agung berangkat melapor ke Polrestabes Makassar. Laporan diterima, Makmur selaku terlapor dipanggil polisi.
Agung: "Pas saya sudah melapor, ia telpon saya lagi. Ia minta maaf. Lalu saya bilang: Dari tadi pagi saya tunggu permintaan maafnya, tapi tidak ada. Sekarang saya sudah lapor polisi."
Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar, Iptu Alim Bachri kepada pers, Senin (31/7) mengatakan:
"Setelah kami periksa, M jadi tersangka. Pasal yang disangkakan Pasal 80 Ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukuman tiga tahun enam bulan penjara."
Makmur tidak ditahan. Alasan polisi, berdasar peraturan, tersangka yang wajib ditahan adalah yang diancam hukuman lima tahun ke atas.
Legal Konsultan RSU Bahagia, Muhammad Fakhruddin kepada wartawan, Senin (31/7) mengatakan, Makmur adalah pensiunan dokter dan ASN. Sejak empat bulan lalu menjabat wakil direktur di situ.
Fakhruddin: "Beliau sudah tidak terpakai lagi sebagai dokter. Cuma pegang jabatan struktural. Jadi itu hanya mengurus manajemen, tidak melayani pasien lagi. Sekarang sudah diberhentikan dengan tidak hormat.”
Menurutnya, kinerja Makmur sebagai Wadir cukup baik. Tapi sejak sepekan sebelum kejadian, Makmur kelihatan sering murung, menyendiri. Diduga depresi urusan keluarga.
Fakhruddin: “Ada kemungkinan yang bersangkutan depresi. Beliau mungkin tujuan datang ke warung kopi main catur untuk refreshing. Tiba-tiba ada yang mengganggu, dan refleks dia melakukan tindakan seperti itu.”
Apa kata Makmur setelah dipecat? Ditanya wartawan, ia menjawab begini:
"Itu kewenangan mereka. Jangankan jabatan, nyawa saya saja hilang tidak ada masalah. Mengenai jabatan itu, kan memang pinjaman, bukan milik seumur hidup.”
Dilanjut: "Saya sudah beberapa kali dipecat, diberhentikan secara tiba-tiba. Tapi Alhamdulillah, setelah diberhentikan, dapat kerja lagi. Saya pernah Direktur Rumah Sakit Selayar. Pernah kepala rumah sakit. Pernah wadir rumah sakit haji. Jadi, pernah banyak jabatan saya.”
Ucapan Makmur itu tanda ia masih emosi. Ia juga mengungkap latar belakang pekerjaannya yang sering dipecat. Raut wajahnya galak. Badannya tinggi besar, berkacamata.
Suami-isteri pakar psikiatri, Prof Ruben Gur dan Prof Raquel Gur dari University of Pennsylvania School of Medicine, Amerika Serikat (AS) ahli tentang emosi. Mereka melakukan riset tentang itu.
Mereka, kepada The Guardian memaparkan hasil riset terbaru. Dimuat Minggu, 12 Mei 2019 berjudul, “Science of anger: how gender, age and personality shape this emotion”, dipaparkan:
Emosi, bawaan dasar manusia sejak manusia purba. Pria-wanita sama saja.
Perbedaan utama emosi pria dan wanita, bahwa pria merasa kurang efektif ketika dipaksa menahan marah. Sebaliknya, wanita lebih mampu mengendalikan respons impulsif marah.
Marah, renspons dari otak. Itu bagian dari naluri kita untuk melawan ancaman, bersaing untuk mendapatkan sumber daya, dan menegakkan norma sosial.
Kemarahan berakar pada sirkuit penghargaan di otak. Ketika ada ketidaksesuaian antara apa yang telah kita pelajari untuk diharapkan dengan kenyataan yang berkebalikan dengan harapan, maka sirkuit penghargaan di otak membunyikan alarm. Itu terletak di otak, sebesar almond. Disebut amigdala.
Setelah alarm berbunyi, menyebabkan kelenjar adrenal membanjiri tubuh dengan hormon stres, seperti adrenalin, dan testosteron, mempersiapkan kita untuk agresi fisik.
Tapi belum benar-benar agresi. Baru pada tahap persiapan agresi. Karena, alarm itu dialirkan ke area otak kedua, disebut korteks prefrontal, yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan penalaran.
Setelah korteks prefrontal memproses (menalar) barulah menghasilkan keputusan. Bentuk keputusannya bisa agresi, bisa juga menghindar. Agresi artinya menyerang (orang yang membuat marah). Diam bisa juga menghindar pergi.
Orang yang marah lalu agresi, pada saat itu tidak mempertimbangan untung-rugi. Langsung agresi. Orang yang diam atau menghindar, karena korteks prefrontal menghasilkan keputusan, orang itu tahu bisa agresi, api ia menghindar.
Hasil penelitian duet Prof Gur menunjukkan, ukuran amigdala pria dan wanita, sama besar. Sebesar kacang almond.
Di wilayah kedua otak, korteks prefrontal, antara pria dan wanita beda ukuran. Lebih besar pada wanita.
Itu menjelaskan, bahwa ketika wanita emosi, dia lebih bisa meredam agresi dibanding pria. Sebaliknya, pria cenderung langsung agresi.
Meskipun, alarm emosi wanita tidak berarti mati. Dia cuma meredam. Memendam, yang suatu saat bisa meledak lagi. Dalam bentuk agresi juga. Agresi dahsyat. Jelasnya, agresi tertunda. Dengan catatan, jika orang pemicu emosi tidak segera meredam orang yang marah.
Terpenting, kemarahan dapat mengubah cara kita memandang risiko. Studi telah menunjukkan bahwa itu dapat membuat kita lebih impulsif, dan membuat kita meremehkan kemungkinan hasil atau akibat yang buruk. Dampak buruk itu disadari orang yang marah, setelah kemarahan reda.
Pada kasus dr Makmur, ia marah dan menampar bocah Aydan pada Kamis (27/7) malam. Ketika diwawancarai wartawan, Senin (31/7) kemarahannya masih tersisa. Dengan mengungkap latar belakang berganti-ganti pekerjaan.
Memang tidak mudah mengendalikan marah. Teori tentang marah bisa berbuku-buku. Tapi ketika alarm marah menyala, orang lupa semua tentang buku itu. rmol.id
OLEH: DJONO W OESMAN
Penulis adalah wartawan senior
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Kalau Dokter Marah Bisa Tampar Balita
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar