Menerka Peta Kekuatan Koalisi Prabowo setelah Bergabungnya PAN dan Golkar
Prabowo kini gunakan strategi baru. Jika sebelumnya membawa suara oposisi, kini di Pilpres 2024 Prabowo membawa bekal dukungan dari Presiden Jokowi
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) lahir pada 12 Mei 2022 dari rahim tiga partai politik. Sebut saja Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Koalisi ini sepertinya bakal disiapkan untuk mendukung dan memperkuat satu calon presiden tertentu yang tampaknya digadang-gadang kekuasaan hari ini. Saat itu, mata warga tertuju pada Ganjar Pranowo.
Namun para elite politik boleh berskenario, Tuhan pula yang menggerakkan hati manusia. Entah bagaimana, setelah sekian lama di-bully partainya sendiri, eh, Ganjar juga yang kemudian dipilih Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi capres. Lalu kita lihat wadah kumpul-kumpul politik pun buyar.
PPP tiba-tiba merapat kepada PDIP dengan membawa tokoh yang baru dipinang dan digadang-gadang menjadi calon wakil presiden yakni Sandiaga Uno. Sementara, setelah sekian lama berpura-pura tak ada kejadian apa-apa di internal kelompok kongko, bahkan sempat mewacanakan skenario pembentukan koalisi besar dan gagasan membentuk poros baru, Partai Golkar dan PAN pun merapat kepada Prabowo, calon yang belakangan diendorse dengan kuat oleh kekuasaan.
Oh ya, di sana telah lama pula bercokol Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), bertahan dengan mimpi agar ketum parpolnya Muhaimin Iskandar dijadikan calon wakil presiden dari kelompok yang diberi nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) untuk mengakomodasi Gerindra dan PKB. Setelah bergabungnya Partai Golkar dan PAN, kita lihat apakah nama koalisi ini akan berubah atau tidak?
Kita juga ingin melihat siapa calon yang akan diangkat Prabowo Subianto selaku pentolan kelompok ini untuk menyertainya di kontestasi Pilpres 2024, tentu dengan segala persoalan peliknya. Apalagi kini ada nama lain yang kelojotan lompat-lompat minta disebut di sana yakni Erick Thohir yang dibawa PAN. Sementara, dengan perolehan suara besar di DPR maupun potensi suara di publik, wajar bila Golkar juga ngotot mendorong Airlangga Hartarto untuk jadi orang kedua di kelompok itu.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar ogah mengomentari peta kekuatan KKRI dalam menghadapi Pemilu 2024. Bahkan, dia juga enggan menanggapi jurus jitu untuk memenangkan Prabowo Subianto sebagai Presiden 2024.
“Nanti, nanti saja,” katanya sambil masuk ke dalam rumah saat ditemui di Kompleks Perumahan Dinas Menteri Widya Candra, Jakarta Selatan, Jumat 18 Agustus 2023.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam International Indonesia (UIII) Philips Jusario Vermonte mengatakan, peta kekuatan KKIR saat ini karena Prabowo Subianto selaku pentolan KKIR mempunyai strategi yang berbeda untuk menghadapi Pilpres 2024.
“Hari ini Pak Prabowo punya strategi baru dan berbeda dari strategi sebelumnya. Kalau sebelumnya Ketika mencalonkan itu narasinya selalu narasi oposisi. Kalau sekarang dapat dukungan dari Presiden Jokowi,” kata pria yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) ini.
Philips yang merupakan jebolan Universitas Adelaide, Australia ini juga mengatakan, Prabowo saat ini tidak memakai narasi yang frontal. Melainkan menggunakan narasi yang dapat diterima oleh masyarakat.
“Kedua karena Pak Prabowo belajar, tidak memakai narasi frontal. Karena secara kultur masyarakat kita lebih cenderung dan dominan mengedepankan harmoni,” terangnya.
Sikap harmoni Prabowo itu, menurut Philips, dapat dilihat di sejumlah akun media sosial milik Menteri Pertahanan (Menhan) itu. Namun, dia belum bisa memastikan, apakah kekuatan Prabowo itu dapat bertahan hingga masa kampenya nanti.
“Sehingga Pak Prabowo menjalankan itu. Platform media sosial Pak Prabowo, narasinya ke tengah gitu sekarang. Tetapi, apakah itu berlanjut hingga masa kampanye dan lain-lain kita kan masih perlu melihat juga,” kata pria yang aktif mengajar di sejumlah Universitas di Jakarta ini.
Maka itu, kata pria kelahiran 1972 ini, strategi Prabowo itu membuat elektabilitasnya naik di sejumlah lembaga survei.
“Elektabilitasnya di berbagai survei memang naik sehingga dia (Prabowo) mungkin melihat strategi baru hari ini masih berjalan. Saya rasa sih yang sedang dicoba (Prabowo) itu,” kata inisiator Perkumpulan Masyarakat Jakarta Peduli Papua (POkja Papua) ini.
Sumber: inilah
Foto: Ilustrasi peta kekuatan koalisi Prabowo Subianto. (Desain:Inilah.com/Febri)
Menerka Peta Kekuatan Koalisi Prabowo setelah Bergabungnya PAN dan Golkar
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar