PK Moeldoko Kalah, Akhirnya Upaya-upaya Istana Dibatalkan oleh Tekanan Publik
Panggung Moeldoko usai setelah Mahkamah Agung (MA) menolak peninjauan kembali (PK) yang dilayangkan kubu Moeldoko atas kepengurusan Partai Demokrat. Keputusan tersebut diputuskan oleh majelis hakim pada Kamis (10/8/2023). Juru bicara Mahkamah Agung, Suharto, juga telah mengonfirmasi hal tersebut.
Menanggakapi putusan MA tersebut, Rocky Gerung dalam dalam diskusi rutin di kanal Youtubenya (Rocky Gerung Official) edisi Jumat (11/8/23) mengatakan, “Ini kekonyolan baru lagi tuh, dan kita bayangkan apa ambisi Pak Moeldoko berikutnya tuh. Tetapi, yang lebih penting adalah mengingatkan kembali bahwa partai itu wilayah otonom. Kalau Anda mau mengkudeta, Anda jadi anggota partai dulu, supaya kudetanya dari dalam. Itu kan buruk betul, seorang yang punya reputasi tinggi sebagai panglima TNI, sekarang orang kedua di istana, Kepala Staf Kepresidenan itu orang kedua di istana, melakukan manuver yang sebetulnya nggak pantas dari awal.”
Jadi, lanjut Rocky, rasa keadilan publik akhirnya memengaruhi cara berpikir hakim-hakim ini, yang sebelumnya kita duga-duga akan disogok. Tetapi, proses politik itu mengarahkan. Kita menemukan kembali bahwa upaya-upaya istana akhirnya dibatalkan oleh tekanan publik, oleh potensi people power.
Mungkin Demokrat biasa saja, tidak terlalu gembira, karena buat AHY ini adalah ujian buat dia, mampu atau tidak mengendalikan partai di tengah badai serbuan dari istana, lanjut Rocky.
“Nah, yang lebih penting sinyal ini juga buat Pak Jokowi. Kan tidak mungkin Pak Jokowi tidak mengerti bahwa kepala stafnya berupaya untuk menganeksasi atau merampok Partai Demokrat. Dan enggak ada satu pun keterangan Pak Jokowi untuk memberi sinyal bahwa itu sebenarnya tidak etis. Karena itu, Pak Moeldoko nekat untuk maju sampai PK,” ujar Rocky.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Hersubeno Arief, wartawan senior FNN, itu Rocky Gerung juga mengatakan bahwa berdasarkan logika hipotetik akhirnya Moeldoko menjadi alat dari ambisi Jokowi. Karena Moeldoko adalah Kepala Staf yang kedudukannya di bawah presiden. Dia melakukan manuver politik berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, tapi masih berupaya lagi untuk mencari jalan hukum dan diupayakan supaya jalan hukum itu terbuka untuk kepentingan Moeldoko. Buat apa Moeldoko mengambil alih Demokrat? Pasti ada upaya untuk menghalangi Demokrat masuk dalam kompetisi Pemilu berikutnya.
“Jadi, kita mulai lagi dari prinsip bahwa kalau Pak Moeldoko nggak pernah punya kartu anggota, ngapain dia mengambil sesuatu, itu namanya rampok. Kalau dia punya kartu anggota, dia punya hak konstitusional di dalam partai untuk deal atau bikin gugatan ke mahkamah partai. Jadi, hal yang simpel pun Pak Moeldoko nggak paham,” ungkap Rocky.
Karena ketidakpahaman itu, lanjut Rocky, Moeldoko disuruh datang dengan politik yang sifatnya fisik, pasang badan, ada di paling depan.
“Jadi, ada waktu buat Pak Moeldoko untuk mengendapkan kembali gengsi atau ambisi Anda, supaya orang lihat Moeldoko itu pernah memimpin TNI, pernah ada di kabinet, pernah ada di tink tank negeri ini yang disebut Lemhanas. Kan itu pentingnya. Kan sebentar lagi Pak Moeldoko akan menjadi orang biasa,” saran Rocky.
Rocky juga mengatakan bahwa sebetulnya ambisi itu adalah imbas dari ambisi Jokowi. Itu sebetulnya dari kalangan akademis. Tetapi, kalau dari kalangan rakyat, orang akan melihat Moeldoko sebagai orang yang rakus kekuasaan.
“Jadi, ini kritik saya pada Pak Moeldoko, bukan kritik secara pribadi, tapi kritik untuk memulihkan kembali seseorang yang selama ini terlibat dalam kekuasaan, tapi kemudian muncul ambisi-ambisi yang aneh itu.” Ujar Rocky.
Dengan keputusan MA berarti Demokrat fokus menghadapi Pemilu dan Pilpres. Daftar calon tetap juga bisa segera dibereskan di KPU setelah sebelumnya mungkin mereka masih bingung. Anies juga mungkin ada kelegaan karena bagaimanapun juga partai koalisi yang mendukungnya utuh.
Sumber: fnn
Foto: Moeldoko/Net
Ikuti Twitter Kami: @OposisiCerdas
PK Moeldoko Kalah, Akhirnya Upaya-upaya Istana Dibatalkan oleh Tekanan Publik
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar