Video Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang sedang melakukan ibadah salat
di dalam kereta viral di media sosial.
Dalam video TikTok milik @kanjengsolo yang diunggah kembali oleh akun
@ferizandra, terlihat Moeldoko yang sedang menaiki kereta VVIP beranjak dari
tempat duduknya dan melepas jaketnya.
Kemudian, ia terlihat berjalan ke gerbong lain yang terdapat musala.
Moeldoko melepas sepatunya dan menggulung lengan bajunya, lalu menempelkan
tangannya ke dinding dan melakukan gerakan tayamum.
Tayamum adalah tindakan mensucikan diri dari hadas kecil dan besar dengan
menggunakan debu. Tayamum dilakukan ketika tidak ditemukan air dan ada uzur
tidak bisa menggunakan air.
Namun, video dengan caption "OMG! Pak Jenderal lakukan ini saat di dalam
Kereta Api" itu menuai kritik. Dalam unggahan ulangnya, akun @ferizandra
mengaku bingung dengan Moeldoko dan menuliskan tiga pertanyaan.
Unggahan @ferizandra itu pun viral. Banyak warganet yang menyebut cara
Moeldoko melakukan tayamum salah. Banyak juga yang mengkritik konten
tersebut karena seharusnya ibadah adalah hal yang privat.
Namun, saat kumparan mencari video tersebut di akun TikTok @kanjengsolo,
video itu sudah tidak ditemukan.
Tanggapan Ali Mochtar Ngabalin
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin memberikan
tanggapan atas video viral atasannya itu. Ngabalin mengatakan, di dalam
Islam ini, ada juga yang disebut dengan rukhsah atau
kemudahan/keringanan/kelonggaran dari hukum asli pada kondisi darurat.
"Rukhsah itu para ahli menyebutkan, kemudahan ya dari hukum aslinya. Jadi
kalau ada dia berubah menjadi diberikan kemudahan atau keringanan karena ada
uzur atau ada orang yang dalam perjalanan. Kalau ditanya kenapa Pak Moeldoko
tidak berwudu, oh karena bisa tayamum karena di kereta. Bisa juga beliau
dalam keadaan duduk salat," jelas Ngabalin.
Ia juga menyebut, jika dilihat dari video yang beredar, saat itu Moeldoko
memang terlihat sedang berada di dalam kereta. Dalam Islam, kata Ngabalin,
memang ada kemudahan dalam beribadah yang diberikan, terutama bagi orang
yang sedang dalam perjalanan atau musafir.
"Tidak hanya wudu, bahkan salatnya bisa duduk, salatnya bisa digabungkan,
jama'. Magrib dengan Isya, Zuhur dengan Asar, dan seterusnya. Jadi tidak ada
hal yang perlu dipersoalkan di situ. Bagi orang yang tahu itu normal, dan
Pak Moeldoko melakukan tayamum, tidak berwudu, itu namanya rukhsah.
Dimudahkan bagi mereka yang melakukan perjalanan," pungkas Ngabalin.
Ketika ditanya mengenai mengapa Moeldoko juga mengusap celana/kakinya—yang
tak masuk tata cara tayamum, Ngabalin menjawab, "Nggak ada perkara yang
perlu disoroti itu."
Foto: Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin/Net
Tidak ada komentar