Jika Palestina Merdeka Berarti Kiamat Semakin Dekat, Benarkah?
Konflik Palestina-Israel kembali memanas sejak awal Oktober 2023. Hamas yang merupakan kelompok militan Palestina melancarkan serangan besar-besaran ke Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Setelah serangan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan ‘perang’ secara terang-terangan. Serangan balik pun dilakukan militer Israel ke wilayah Palestina terutama tempat-tempat persembunyian Hamas di Gaza.
Akibat peperangan tersebut, Kementerian Palestina melaporkan pada Minggu (22/10/2023) jumlah korban meninggal di Gaza telah mencapai sedikitnya 4.651 orang, sementara 14.254 orang lainnya terluka. Adapun Israel mencatat sedikitnya 1.400 orang tewas.
Penyerangan Hamas yang dilakukan secara mendadak tidak terlepas dari pendudukan Israel terhadap warga Palestina selama ini. Sebagaimana diketahui, Palestina sudah puluhan tahun dijajah oleh Israel. Tanah-tanahnya pun banyak dirampas oleh negeri Yahudi itu.
Konflik Palestina-Israel menarik simpati dan menjadi sorotan dunia. Banyak orang di berbagai negara menyatakan dukungan terhadap Palestina. Mereka ingin Palestina merdeka dan terbebas dari pendudukan Israel.
Jika Palestina merdeka muncul pertanyaan besar yang dapat memengaruhi keimanan seorang muslim. Sebab, ada hadis yang menyebut apabila Palestina merdeka berarti tanda kiamat semakin dekat. Benarkah demikian?
Hadis yang Menyebut Palestina Merdeka Tanda Kiamat
Mengutip situs resmi Muhammadiyah, anggapan yang menyebut Palestina merdeka tanda kiamat semakin dekat berasal dari hadis riwayat Abu Dawud. Hadis tersebut menarasikan bahwa ketika khilafah telah tiba di Baitul Maqdis (Yerusalem/Palestina), maka saat itu akan tiba saat gempa bumi, bencana besar, dan Hari Kiamat semakin dekat.
Berikut bunyi lengkap hadis tersebut:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي ضَمْرَةُ أَنَّ ابْنَ زُغْبٍ الْإِيَادِيَّ، حَدَّثَهُ قَالَ: نَزَلَ عَلَيَّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَوَالَةَ الْأَزْدِيُّ، فَقَالَ لِي: بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَغْنَمَ عَلَى أَقْدَامِنَا فَرَجَعْنَا، فَلَمْ نَغْنَمْ شَيْئًا، وَعَرَفَ الْجَهْدَ فِي وُجُوهِنَا فَقَامَ فِينَا، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَا تَكِلْهُمْ إِلَيَّ، فَأَضْعُفَ عَنْهُمْ، وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَيَعْجِزُوا عَنْهَا، وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى النَّاسِ فَيَسْتَأْثِرُوا عَلَيْهِمْ. ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي، أَوْ قَالَ: عَلَى هَامَتِي، ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ حَوَالَةَ، إِذَا رَأَيْتَ الْخِلَافَةَ قَدْ نَزَلَتْ أَرْضَ الْمُقَدَّسَةِ فَقَدْ دَنَتِ الزَّلَازِلُ وَالْبَلَابِلُ وَالْأُمُورُ الْعِظَامُ، وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنَ النَّاسِ مِنْ يَدِي هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ
Artinya: “Kami diberitahu oleh Ahmad bin Salih, yang diberitahu oleh Asad bin Musa, yang diberitahu oleh Muawiyah bin Salih, yang memberi tahu saya, bahwa Ibn Zughb al-Iyadi mengisahkan kepada saya, ia berkata: ‘Abdullah bin Hawala al-Azdi datang kepadaku dan berkata: ‘Rasulullah SAW mengutus kami untuk menjarah dengan harapan mendapatkan harta rampasan, tetapi kami kembali tanpa berhasil mendapatkan apa pun.
Kemudian, Rasulullah SAW melihat kelelahan yang terpancar di wajah kami, lalu berdiri di tengah-tengah kami dan berdoa: ‘Ya Allah, janganlah Engkau menimpakan beban kepada mereka yang mereka tidak sanggup memikulnya. Dan janganlah Engkau menimpakan beban kepada diri mereka sendiri sehingga mereka menjadi lemah. Dan janganlah Engkau menyerahkan mereka kepada orang-orang lain sehingga orang lain akan memanfaatkan mereka.’
Kemudian, Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas kepalaku, atau dia mungkin mengatakan ‘hamah’ (leher/kepala), lalu dia berkata: ‘Wahai Ibn Hawala, ketika kamu melihat khilafah telah turun ke Baitul Maqdis (Yerusalem), maka saat itu akan mendekat gempa bumi, bencana besar, dan masalah besar. Pada hari itu, saat Kiamat akan lebih dekat bagi manusia daripada jarak ini antara tanganku dan kepalamu.’ Abu Dawud berkata: ‘Abdullah bin Hawala adalah dari Homs.'” (HR. Abu Dawud).
Ibnu Ruslan dalam kitab Syarh Sunan Abi Dawud menjelaskan, Abdullah bin Hawala hidup sampai ia menyaksikan dua masa kekhalifahan yang berbeda selama zaman Umayyah. Yang pertama adalah kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan yang terjadi pada bulan Syawal tahun 41 Hijriah di kota suci Yerusalem (Bait al-Maqdis). Abdullah bin Hawala juga hidup sampai masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang dimulai pada tahun 80 Hijriah di wilayah Damaskus (Syam).
Selama masa ini, banyak gempa bumi terjadi. Pada tahun 90 Hijriah, gempa-gempa bumi mengguncang dunia hingga bangunan-bangunan tinggi hancur. Selain itu, ada konflik besar antara Al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi (yang merupakan gubernur di wilayah Irak) dan Abdullah bin al-Asy’ats (pemberontak) yang berlangsung selama seratus hari dan melibatkan delapan puluh satu pertempuran.
Kualitas Hadis
Dalam catatan kaki yang ditulis oleh editor Syuaib Al-Arnaout menyebutkan bahwa hadis ini dianggap lemah. Hal tersebut disinyalir dari perawi-perawi dalam rantai riwayat hadis ini menimbulkan keraguan.
Muawiyah bin Salih, meskipun dianggap sebagai perawi yang kuat, terlibat dalam beberapa riwayat hadis yang mencurigakan, yang mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap hadis ini.
Selain itu, ada ketidakpastian tentang status Abdullah bin Zughb (atau Zughb bin Abdullah) dalam riwayat hadis ini. Beberapa ulama hadis menganggapnya sebagai perawi yang kurang dikenal dan tidak terpercaya.
Ketidakpastian ini menciptakan keraguan tentang kesahihan hadis. Begitu pula dengan adanya variasi dalam penamaan dan atribusi perawi dalam riwayat hadis ini, yang menciptakan keraguan tentang konsistensi dan keandalannya.
Isi hadis ini juga dianggap tidak sesuai dengan sunnah yang telah dikenal dan diterima oleh umat Islam. Hadis ini memuat ramalan tentang kejadian-kejadian besar di masa depan, yang bisa dianggap sebagai perkiraan yang tidak cocok dengan karakter hadis-hadis yang lain.
Karena hadis ini lemah, maka tidak dapat dijadikan hujjah. Bahkan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) jilid 1 disebutkan dalam Kitab Iman kepada Kitab bahwa: “Kita wajib percaya akan hal yang dibawa oleh Nabi Saw, yakni al-Qur’an dan berita dari Nabi Saw yang mutawatir dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan yang wajib kita percayai adalah yang tegas-tegas saja.” Persoalan kiamat adalah permasalah akidah, sehingga hadis lemah tidak dapat menjadi pegangan.
Dalam Majalah Suara Muhammadiyah No. 7 tahun 2009 juga memuat penjelasan tentang Keyakinan Muhammadiyah Tentang Hari Kiamat dan Imam Mahdi. Dalam fatwa tersebut disebutkan bahwa kalau tanda-tanda itu diterangkan oleh dalil-dalil al-Quran dan hadis-hadis yang mutawatir, maka Muhammadiyah meyakininya, karena sesuai dengan manhaj yang dipegang Muhammadiyah, menyangkut soal i’tiqad (keyakinan), dalilnya harus mutawatir.
Hari Kiamat Hanya Allah yang Tahu
Terkait hari kiamat sudah banyak ditegaskan dalam Al-Qur’an bahwa waktu terjadinya kiamat itu hanya Allah SWT yang tahu. Bahkan, para rasul, nabi, malaikat, dan jin pun tidak mengetahui kapan terjadinya kiamat. Hal ini sebagaimana termaktub dalam QS Al-A’raf ayat 187.
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Meski waktu terjadinya kiamat tidak diberitahu, kita sebagai umat Islam memiliki kewajiban untuk percaya bahwa kiamat itu ada dan akan tiba pada waktunya. Iman kepada hari akhir termasuk salah satu Rukun Iman.
Kemerdekaan Palestina dan Hari Kiamat
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hadis yang menyebut jika Palestina merdeka tanda kiamat semakin dekat dengan sendirinya bertentangan dengan klaim Allah di dalam Al-Quran.
Oleh karena itu, kemenangan dan kemerdekaan Palestina bukan pertanda semakin dekatnya Kiamat. Kiamat hanya akan terjadi dengan izin Allah, cepat atau lambat. Tidak perlu bagi kita untuk berspekulasi tentang waktu Kiamat.
Dengan demikian, meskipun perjuangan dan aspirasi kemerdekaan Palestina adalah hal yang patut didukung, kita harus ingat bahwa hubungannya dengan hari kiamat adalah misteri yang hanya Allah yang tahu. Kemenangan dalam perjuangan ini akan datang dengan izin Allah dan tidak boleh dianggap sebagai tanda langsung datangnya Kiamat. Momen Kiamat akan datang sesuai dengan rencana dan kebijakan Allah, dan kita harus hidup dengan keyakinan ini di hati.
Wallahu’alam. (Sumber: Muhammadiyah.or.id)
Sumber: liputan6
Foto: Mereka juga menyerukan kemerdekaan untuk Palestina. (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Jika Palestina Merdeka Berarti Kiamat Semakin Dekat, Benarkah?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar