Politik Dinasti Jokowi Telah Merusak Tatanan Hukum dan Norma-Norma Bernegara
Keputusan MK yang membolehkan seseorang dengan usia di bawah 40 tahun asalkan pernah menjabat kepala daerah untuk menjadi capres/cawapres, sangat arogan, cacat hukum, dan kental aroma konspirasi dan nepotisme keluarga Jokowi.
Seorang Ayah (Jokowi) yang sangat ambisius sehingga anaknya yang masih sangat mentah “dipaksa” untuk jadi Cawapres (yang notabene belum maqamnya).
Lalu sang Adik pun (Kaesang yang sudah mengambil alih partai boneka oligarki taipan,PSI) direkayasa untuk mengajukan judicial review ke MK.
Di sini sang paman (Anwar Usman) sudah menanti dan mempersiapkan segala sesuatunya buat memuluskan rencana sang keponakan (Gibran) untuk maju cawapres.
Demi kasihnya kepada seorang keponakan, lalu dibuatlah putusan yang membolehkan sang keponakan maju cawapres bahkan nyapres, dengan dalih sudah pernah jadi kepala daerah, walau usianya baru 35 tahun.
Demi siapakah keputusan MK (Anwar Usman) ini kalau bukan demi keluarga ? Padahal keputusan itu cacat hukum karena dari 9 hakim MK hanya 3 yang hakim setuju, sedanglan yang 2 hakim menyatakan alasan berbeda (concurring opinion), dan yang 4 hakim menyatakan pendapat berbeda (dissenting opinion).
Sungguh begitu memilukan dan memalukan apa yang dilakukan Anwar Usman demi membela keluarga Jokowi. Hukum telah dipermainkan MK hanya demi membela seorang keponakan (Gibran).
Kewenangan sebagai hakim dan Ketua MK telah disalahgunakan. Sang sang paman itu (Anwar Usman) boleh jadi akan dicatat sejarah sebagai seorang pengkhianat hukum di Indonesia.
Indonesia adalah sebuah negara yang begitu besar, yang telah diperjuangkan oleh para ulama, tokoh-tokoh bangsa, pemuda, dan para pendahulu kita yang sangat cinta terhadap bumi pertiwi ini, saat ini sedang dibuat dagelan, dipermainkan bak sebuah perusahaan milik nenek moyang Jokowi.
Aneh bin ajaib, karena para pendampingnya yang bergelar professor minimal doktor berubah jadi culun, pengecut, penakut, dan khianat.
Mereka membiarkan keluarga Jokowi mengobok-obok Negara demi mengejar dunia dan jabatan cawapres, menteri, atau mungkin anggotanya dapat jabatan komisaris atau dapat proyek basah.
Sebuah pemandangan yang memilukan, ketika para Ketum partai yang terhormat tiba-tiba “merundukkan kepala” memberi penghormatan kepada seorang “ingusan” yang zero prestasi, hanya karena dia seorang anak Jokowi, bahkan Gibran diduga terlibat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan seperti yang telah dilaporkan oleh Ubaidillah Badrun ke KPK.
Syetan apa yang telah merasuki jiwa dan otak para “pemuja” Jokowi sehingga begitu ngoyo mengejar, menguntit, mendekati, merayu-rayu, depe-depe terhadap seseorang Jokowi yang zalim, culas, pendusta, penipu, penindas rakyat sendiri, penjajah, maling, otoriter, menyalah gunakan kekuasaan untuk kepentingan diri dan keluarganya ?
Para pendukung fanatiknya saja macam Deny Siregar, Goenawan Mohamad, Ade Armando, Iwan Fals, Eros Jarot, Grup Slank, dll sudah sadar dan bertaubat sekarang menjauhinya, masa para Ketum Partai malah jadi pengecut, penakut, malah seolah sudah jadi “abdi dalem”-nya.?
Tindakan mereka ini telah menghinakan diri sendiri di hadapan rakyat, lalu bagaimana nasibnya nanti di akhirat karena telah bersekutu dengan manusia zalim dan biadab ?
Bukankah sudah ada teladan dari Nabi Yusuf ketika berkata: ” Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Q.S.YÅ«suf:33)
Jika mereka memang seorang ksatria, bukankah dengan langkah mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan mau diproses hukum lebih mulia daripada harus terus tersandera jiwanya?
Kalau pun misalnya dinyatakan bersalah oleh pengadilan, bukankah itu akan menjadi kafarat dosa, daripada seumur-umur hidupnya menanggung beban dosa, tersandera dan lari dari tanggung jawab kepada Allah, bahkan harus mengorbankan partainya dan seluruh pendukung partai ?
Jika ini sebuah strategi untuk menghentikan kejahatan rezim, hampir dipastikan tidak akan tercapai, malah sudah kalah duluan, karena sudah tercebur dalam kubangan kezaliman dan kemaksiatan. Bisa jadi pakaian, tubuh, otak dan hatinya sudah berlumuran kotoran.
Ingat, seorang Jokowi itu orangnya sangat licik dan lihai terutama dalam berpolitik kotor dan bermain sandiwara. Dia itu wajahnya saja yang tampak culun, padahal jiwanya dipenuhi kejahatan yang penuh tipu muslihat.
Di akhir masa jabatannya, dia sedang berupaya keras membangun dinasti politik (yang penuh kejahatan).
Bukan tanpa sengaja kalau anak dan mantunya diplot jadi Walkot, anak bungsunya jadi Ketum Partai, Adiknya iparnya yang Ketua MK settingan, untuk memuluskan Gibran jadi cawapres, padahal dia sangat-sangat tidak belum dan tidak qualified untuk menduduki jabatan itu. Seolah tidak ada lagi anak muda yang lebih mampu untuk menjadi cawapres?
Adakah sebentar lagi istrinya juga akan diterjunkan ke politik? Hanya Jokowi yang tahu.
Belum sadarkah para penjilat atau pendukung Jokowi akan langkah-langkah Jokowi yang tengah berupaya menghancurkan Indonesia demi memenuhi syahwat dunia dan kekuasaan pribadi ?
Mau sampai kapan Jokowi dibiarkan mengobok-obok dan memporak-porandakan Indonesia ? Menunggu Indonesia dikuasai oleh Chiba secara 100% ?
Bergeraklah sebelum semuanya terlambat dan berantakan.
Bandung, 2 Rabiul Akhir 1445
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Politik Dinasti Jokowi Telah Merusak Tatanan Hukum dan Norma-Norma Bernegara
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar