Benarkah Anies-Muhaimin Pemimpin yang Tak Diharapkan Penguasa?
Ketua Dewan Penasehat Tim Hukum Nasional Anies-Muhaimin (AMIN), Hamdan Zoelva menyebut ada enam kegiatan kampanye Anies yang dicabut izinnya oleh Pemda setempat.
"Ini menunjukkan adanya ketidakadilan. Kami meminta kepada pemerintah daerah atau penegak hukum seluruh Indonesia untuk bertindak fair (adil) kepada semua kandidat," katanya.
Izin itu, antara lain, Pemda Aceh saat acara silaturahmi akbar di Taman Ratu Sultan Safiatuddin Aceh, izin pemakaian Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, izin safari politik di Pekanbaru, Riau, izin penggunaan Gedung Indonesia Menggugat di Bandung, dan terakhir pencabutan izin acara di Taman Budaya Provinsi NTB.
Simultan hal itu, Cawapres Muhaimin Iskandar, Kamis (29/12/2023) mengatakan, ia mengetahui bahwa ada beberapa Kiai NU (Nahdlatul Ulama) yang dibungkam suaranya untuk tidak mendukung dirinya dan Anies Baswedan.
"Kita didatangi tapi tidak boleh tidak dilarang, tidak disuruh bergerak kampanye mereka. Saya baru tahu ternyata teorinya seluruh pendukung AMIN dari kalangan NU divakumkan. Nggak dukung yang lain nggak apa-apa yang penting nggak bersuara, nggak dukung AMIN," ucapnya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Ketua PBNU sekarang adalah kakak dari Menag Yaqut Cholil Qoumas.
Amatan penulis dari apa yang dari tersurat dan tersirat di medsos, sang menteri mendukung Prabowo-Gibran.
Jauh sebelum itu, publik bisa mudah peroleh statement resmi Presiden Jokowi bahwa dirinya akan cawe-cawe dalam helatan suksesi Pilpres 2024 sebagaimana diwartakan Kompas.com, Selasa (30/5/2023).
Hal itu, di mata penulis, terutama sudah dibuktikan Jokowi sebelumnya dengan mengatur paslon Capres dari awal. Masih ingat pertemuan di Kantor DPP PAN yang mengumpulkan partai pemerintah, Minggu (2/4/2023), yang dari sanalah embrio munculnya figur Capres jagoannya, Prabowo Subianto.
Padahal sebelumnya sudah berkali-kali memberi sinyal bahwa dirinya meng-endorse si Rambut Putih, Ganjar Pranowo, sehingga Ganjar selalu bertengger di posisi survei elektabilitas Presiden bahkan sejak pertengahan tahun 2022.
Hingga kemudian tiket diperoleh Ganjar dari PDI-P, Kamis (21/4/2023), penulis melihat keinginan Jokowi untuk mengusung sepertinya dua kandidat saja yakni Prabowo dan Ganjar.
"Kelucuan” ini kemudian digenapi dengan hadirnya sosok sang anak, Gibran Rakabumi Raka, melalui jalur Mahkamah Konstitusi yang diputuskan melalui sidang oleh sang paman, Anwar Usman, Senin (16/10/2023). Belakangan, keputusan ini terbukti melanggar kode etik berat oleh MKMK, Selasa (7/11/2023), karena Anwar terbukti tidak kebal intervensi para pihak yang dalam hal ini, walau tak disebut namanya, mayoritas publik menunjuk sosok Jokowi.
Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman menggelar konferensi pers setelah dicopot dari Ketua MK setelah terbukti melakukan pelanggaran etik di gedung MKRI, Jakarta, Rabu (8/11/2023). Foto: Aditia Noviansyah kumparan
Maka itu, di mata penulis, menjadi sebuah fakta politik yang dengan telanjang mudah dibaca bahwa ada calon pemimpin yang tidak dihendaki penguasa dari awal. Ada sosok yang kurang diharapkan ikut kontestasi namun akhirnya berhasil lolos pendaftaran di KPU.
Karenanya, tak berlebihan, sosok calon pemimpin pertama daftar KPU dan berucap terima kasih setelahnya justru pada mereka yang pesimis.
"Hari ini kita membuktikan kepada semua bahwa usaha untuk menahan, usaha untuk menghambat, usaha untuk menjegal, usaha untuk melemahkan tidak berhasil menggagalkan ikhtiar kita," jelas Anies Baswedan didampingi Muhaimin Iskandar selepas tuntas daftar ke KPU, Kamis (19/10/2023) lalu.
Malah Melesat
Walau kentara tidak dihendaki, selepas itu, terutama pasca debat perdana Presiden, 12 Desember 2023 lalu, terjadi hal yang kiranya malah membuat kian bete mereka yang tak hendaki AMIN dari awal.
Terutama ketika hasil survei dari lembaga ternama kian teguhkan posisi nomor urut satu sebagai runner up di bawah paslon anak sulung Jokowi, Prabowo-Gibran.
Misalnya Litbang harian Kompas sebutkan Anies-Muhaimin 16,7% atau kedua di bawah Prabowo-Gibran 37,3% dan di atas Ganjar-Mahfud 15,3%. CSIS mencatat Anies-Muhaimin 26,1%, Prabowo-Gibran 43,7%, dan Ganjar-Mahfud 19,4%.
Kemudian terakhir, LSI Denny JA mencatat pula Anies-Muhaimin 25,3%, Prabowo-Gibran 43,3%, serta Ganjar-Mahfud 22,9%.
Kisah Musa
Penulis sebagai alumni UIN, membaca kronologis kisah di atas tadi, langsung teringat kisah Nabi Musa AS. Sebelum lahirnya sudah tak dihendaki Firaun, akhirnya hidup karena belas kasihan sang istri, dan akhirnya malah Musa yang menumbangkan superioritas Firaun.
Dalam Islam, kisah soal pemimpin yang tak diharapkan penguasa ini bukan hal baru. Kisah Nabi Musa AS beserta Firaun diabadikan dalam Al-Quran hingga bisa dihayati kapanpun mau.
Kisah sejarah faktual itu terkait Nabi Musa AS bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub, seorang bayi laki-laki yang lahir di antara Bani Israil. Saat itu, masyarakat berada di bawah kepemimpinan Raja Firaun.
Nabi Musa memiliki ibu bernama Yukabad. Kelahiran bayi laki-laki dianggap petaka oleh Raja Firaun yang takut akan terancam kekuasaannya, sehingga dia memerintahkan pasukannya menelusuri kota mencari tahu bayi laki-laki yang akan lahir.
Yukabad dan Imron yang mengetahui hal tersebut memastikan Musa harus tetap selamat. Yukabad melahirkan di gua dengan tujuan tidak tertangkap dan dihabisi prajurit kerajaan. Sementara itu, Firaun merasa tenang karena tidak ada bayi laki-laki yang baru lahir, ia menganggap bahwa kekebalan yang dimilikinya sebagai Raja akan tetap abadi.
Sosok Raja Firaun sendiri kala itu dikenal sebagai pemimpin yang kejam dan zalim terhadap rakyatnya. Namun, kerajaannya sangatlah megah, segala materi-kuasa dunia dimilikinya, hingga membuat siapapun silau berebut ingin masuk ke dalamnya.
Setelah kelahirannya, Yukabad memutuskan Musa tetap tinggal di gua. Diketahui bahwa di situlah Yukabad mendapatkan ilham dari Allah SWT.
Nabi Musa tinggal di gua selama tiga bulan, hal itu membuat Yukabad merasa tidak tenang karena selalu merasa terancam dan khawatir akan keselamatan Musa.
Terdapat sebuah peti tahan air, Yukabad menempatkan Musa di wadah tersebut lalu dihanyutkan mengikuti aliran sungai Nil. Kemudian ibunda Nabi Musa tersebut memerintahkan kakak kandung Musa mengawasi peti agar tetap tertutup rapat dan terapung di permukaan sungai. Setelah dihanyutkan ke sungai, peti berisikan bayi Musa ditemukan putri Firaun.
Setelah itu, istri Firaun yang bernama Siti Aisyah memutuskan mengangkatnya sebagai anak. Hal itu membuat kakak Musa cemas setelah mengetahui bahwa adiknya ditemukan keluarga kerajaan, hingga kemungkinan akan dihabisi Firaun.
Awalnya, Firaun menolak niat Aisyah, karena dia takut akan ancaman kekuasaan yang dimilikinya dapat digoyahkan anak laki-laki yang baru lahir.
“Aku khawatir inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini,” ujarnya.
Namun, Aisyah sudah terlanjur merasa iba dan jatuh hati dengan bayi Musa yang lucu dan menggemaskan. Ia berkata kepada Firaun untuk tidak membunuh Musa dan mengungkapkan rasa sayangnya kepada Musa.
Hal tersebutlah yang membuat Firaun akhirnya lunak. Musa diangkat sebagai anak seorang Raja Firaun.
Singkat cerita di ujungnya, Musa AS, si anak angkat Firaun, sosok yang tak diharapkan sang penguasa itu, dia pula yang mengakhiri seluruh kezaliman dan bahkan kegilaan sang raja yang anggap dirinya sebagai Tuhan yang Maha Tinggi. Firaun hendak membunuh Musa AS dan pengikutnya, tapi Laut Merah yang malah lalu menenggelamkannya selamanya.
Benarkah AMIN sosok pemimpin yang tak diharapkan penguasa? Hanya kesetaraan perlakuan dan KPU yang jujur adil yang akan mematahkan dugaan tersebut.
Lantas, apakah memang sejarah selalu berulang (l'histoire se répète)? Pilpres 2024, akankah terjadi l'histoire se répète? Kita jua yang akan jadi saksi bersamanya kelak.
Sumber: kumparan
Foto: Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan (kiri) bersama Wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (kanan) menjawab pertanyaan peserta pada acara Resolusi Indonesia di Jakarta, Jumat (5/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Benarkah Anies-Muhaimin Pemimpin yang Tak Diharapkan Penguasa?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar