Breaking News

Genosida di Gaza Berlanjut, Ada Amerika di Belakangnya


Tulisan ini merupakan analisis, kenapa pemimpin Amerika & Israel ini harus diseret ke pengadilan di Mahkamah Internasional (International Court of Justice), karena melakukan genosida di Gaza. Pada hari ke-86 perang Hamas dan Israel, terlihat Israel sangat kewalahan. Israel rugi besar di segala bidang. Secara fisik Israel mengalami kerugian besar, setidaknya sekitar  850 tank dan kendaraan lapis bajanya hancur, ribuan tentaranya tewas tidak sebanding dengan jumlah gugurnya mujahid Hamas. Belum belasan ribu tentara Israel mengalami luka2 dan sekitar 2.000 orang dilaporkan cacat permanen. Kemudian 2 ribuan orang yang terkena gangguan jiwa. Pasukan Hamas dkk sampai hari ke 85 ini diperkirakan hanya sekitar 25 orang yang syahid.

Israel membalas kekalahan perangnya dengan melakukan “genosida terhadap warga sipil Palestina yang didominasi perempuan, anak-anak dan lansia” dan dibelakangnya ada Amerika. Korbannya sudah mencapai lebih dari 21.000 orang tewas dan lebih dari 54.000 luka-luka. Sungguh bukan main kejahatan Israel yang didukung Amerika dan Inggris ini. Kejahatan perang seperti ini harus diadili oleh pengadilan internasional. Selain itu Israel dibantu Amerika telah merencanakan pengusiran penduduk Palestina dari tanah kelahirannya.

Alih2 mau membebaskan sekitar 150 orang tawanan tentara Israel, malah mengorbankan jiwa ribuan tentara Israel lainnya, tetapi Israel tetap sombong, karena Amerika & Inggris di belakangnya.. Walau 3 negara besar itu mengeroyok Hamas dengan diikut sertakannya pasukan elite Amerika Delta Force di dalamnya, tapi Israel tetap keok. Tentu ada tangan Allah yang bekerja disini dan mungkin ini merupakan pertanda akan hilangnya Israel dari bumi Palestina.

Setelah Perang Dunia ke 2 yang dimenangkan oleh Sekutu, Amerika merasa menjadi polisi dunia. Merasa berhak mengatur negara2 lain sesukanya. Amerika juga melakuka genosida di Irak, Afganistan, Lybia dan Suriah dengan alibi bahwa negara2 tersebut mempunyai senjata nuklir dan kimia yang mematikan. Padahal itu bohong semua, Amerika hanya ingin menguasai minyak dinegara-negara tersebut. Inilah bentuk kejahatan perang Amerika yang terus berlanjut sampai sekarang di Gaza.

Korban warga Irak lebih dari 500 orang tewas (2003-2011) saat membunuh presden Irak Sadam Husein (BBC News, Oktober 2013, Hampir 500.000 orang tewas di Suriah dimana Amerika mendukung Pemberontak Suriah yang menentang presiden Suriah Bashar al-Assad (Wikipedia, 2023). Setidaknya ada lebih dari 1.100 warga sipil dan melukai sekitar 4.500 orang lainnya, saat menggempur Presiden Libya Muammar Khadaffi  (Tripoli, ANTARA News, 4 Juli 2011). Sedangkan warga sipil Afganistan yang terbunuh sekitar 47.245 orang (Tempo.co,  22 Agustus 2021), akibat Amerika ingin menghancurkan al Qaida yang dianggap bertanggung jawab atas kasus 11 September 2001, padahal semua itu kabarnya rekasasa saya untuk mencari alasan berperang. Perang adalah bisnis Amerika yang sangat menguntungkan.

Semua pembunuhan massal yang dilakukan oleh Amerika memiliki benang merah dengan Islam yang dianggap teroris. Perjuangan kemerdekaan saja seperti Hamas di Gaza dianggap teroris. Teroris itu identik dengan Islam. Padahal Amerika dan Israel merupakan teroris yang sebenarnya. Ini semua terkait Islam phobia. Beruntung tanggal 15 Maret 2022 PBB telah mengeluarkan resolusi yang menetapkan 15 Maret sebagai hari Internasional untuk menangkal Islamfobia, walau demikian Joe Bidden secara tersembunyi masih bersikap seperti itu.

Amerika mempunyai negara jajahan tersembunyi, seperti Jepang dan Jerman yang kalah dalam Perang Dunia II. Kedua negara ini sampai sekarang harus tunduk pada kemauan Amerika. dan harus mau membayar biaya operasi pangkalan Amerika di negaranya.

Negara2 di Timur Tengah sedikit berbeda sejarahnya, negara2 ini dikalahkan oleh Amerika, karena alasan pengaman Minyak Bumi. Kongkritnya Amerika ingin menguasai sumber minyak dinegara tersebut walau harus menjajahnya. Dengan “imbalan” keamanannya akan ditanggung, maka pangkalan Amerika dinegara2 ini harus ditanggung negara tersebut.

Di Indonesia juga ada kemiripan, hanya saja kedaulatan RI masih penuh. Penguasaan Free port tambang tembaga dan emas, tetap ingin mereka kuasai dengan cara apapun juga. Amerika berkerjasama dengan oknum pemerintah Indonesia untuk menangkap para Ulama yang dianggap teroris, hanya karena berbeda sikap. Modus operasi intelijen sebenarnya mudah dibaca, yang dikorbankan adalah warga yang memiliki keinginan kuat untuk berjihad. Sayangnya aparat Indonesia mudah kagum pada orang Amerika atau mungkin juga ada keterbatasan dalam komunikasi, sehingga mau dijadikan alat oleh Amerika.

Dalam perang Libanon – Israel, tahun 1978, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 425, yang menyerukan penarikan segera pasukan Israel dan dibentuk UNIFIL, pasukan PBB di Lebanon yang masih beroperasi hingga saat ini. Israel mempersenjatai dan mendanai Tentara Lebanon Selatan, yang terdiri dari umat Kristen Lebanon, sedangkan kelompok pejuang Palestina didukung oleh Suriah. Tahun 1982, Pada 14 September, pemimpin Pasukan Lebanon (LF) dan Presiden Bashir Gemayel dibunuh. Pemimpin LF Elie Hobeika dibantu Israel, menggalang kekuatan Kristen untuk menyerang “warga Palestina dan Syiah Lebanon”. Pembantaian Sabra itu menewaskan 2.000 hingga 3.500 orang. Amerika yang ingin menjadi polisi dunia sebenarnya mengalami kerugian tentaranya juga yang tewas termasuk parang di Gaza saat ini. Jadi warga Palestina itu sudah sejak lama menjadi korban keganasn Israel dan di belakang Israel ada Amerika.

Inilah perbedaan jelas sikap Amerika dan Joe Bidden akhir2 ini sbb :

1. Menghadapi Ukraine yang ingin bergabung dengan NATO, dibantu Amerika dan Sekutunya dan berlawanan dengan Rusia. Padahal jelas sekali Ukraina negara ex Uni Soviet yang bubar pada tahun 1991ini diperangi Rusia karena akan membahayakan negara Rusia. Karena tidak ada Islam dalam perang ini, maka tidak ada istilah teroris.

2. Amerika membantu negara penjajah Israel untuk menghancurkan Hamas sebuah organisasi pelawanan terhadap penjajah Israel. Hamas dituduh sebagai teroris, karena Hamas merupakan Organisasi Islam dan ingin Merdeka, merebut tanahnya kembali yang direbut oleh Israel dan diberikan oleh Inggris. Israel yang membunuh anak kecil, wanita dan lansia serta berbuat sesukanya terhadap warga Palestina tidak pernah disebut teroris oleh Amerika.

3. Amerika membantu pemberontak di Suriah untuk menghadapi presiden yang legal.

4. Amerika menyerang presiden Sadam Husen yang legal di Irak, dengan melontarkan fitnah terlebih dahulu.

5. Amerika membantu pemberontak Libya untuk menyerang presiden legalnya yakni Moammar Khadaffi

6. Amerika menyerang Al Qaida sebuah organisasi Islam yang terlebih dahulu difitnahnya

Kesimpulannya Amerika tidak memiliki sikap konsisten terhadap yang disebut teroris, tetapi Amerika konsisten membantu negara2 dan kelompok pemberontak yang ingin bekerja sama dengannya.  Pemerintahan Amerika pada dasarnya konsisten tidak suka dengan Islam dan persatuan Islam. Amerika juga yang katanya menjunjung demokrasi tetapi masih menjajah beberapa negeri yang pernah dikalahkannya saat perang dunia ke-2 dan perang merebut sumber minyak. Yang penting buat Amerika adalah agar kepentingannya tetap terjaga. Artinya Amerika tidak cocok jadi polisi dunia. Itulah sebabnya Joe Bidden dkk harus diadili di Mahkamah Internasional, sebagai Penjahat Perang yang melakukan genosida.

Bandung, 31.12.2023

Oleh: Memet Hakim
Pengamat social, Wanhat APIB & APP TNI

Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Genosida di Gaza Berlanjut, Ada Amerika di Belakangnya Genosida di Gaza Berlanjut, Ada Amerika di Belakangnya Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar