Setelah Babak Belur, Masih Layakkah Prabowo untuk Memimpin Indonesia?
Debat capres-cawapres ke-3 makin mengonfimasi seberapa hebat kapasitas Prabowo untuk menjadi seorang pemimpin negeri Indonesia?
Selain raport merah yang diberikan Ganjar dan Anies sebagai Menhan, para pengamat juga meragukan kemampuan Prabowo dalam menjawab berbagai pertanyaan capres lain dalam menyelesaikan berbagai masalah nasional dan global yang berhubungan dengan pertahanan, sikapnya yang tidak mengindahkan etik, juga munculnya karakter asli yang emosinya mudah meledak-ledak.
Para pengamat, netizen, kaum milenial dan gen z serta para pemilih rasional menilai Prabowo tidak mampu melayani (dengan data) serangan Ganjar dan Anies.
Padahal di debat cawapres sebelumnya Gibran juga melakukan berbagai blunder karena selain jawaban dan analoginya yang tidak nyambung, ternyata dari pemantauan ahli telematika jawaban Gibran itu nyontek dan didiltek oleh orang lain.
Jadi lengkap sudah kapasitas paslon 02 setelah diuji oleh capres-cawapres lain dan para panelis, sehingga Prabowo-Gibran : tidak layak untuk memimpin Indonesia.
Sebagai pelanjut Jokowi, Prabowo-Gibran tidak punya gagasan brilian selain melanjutkan “kegagalan” Jokowi selama memimpin Indonesia dan membiarkan Indonesia tetap “dijajah” China, sedangkan rakyat akan tetap sengsara dan menderita.
Sebagai seorang yang sudah sangat sepuh untuk ukuran orang Indonesia (73 tahun) dan sering sakit (terutama kaki sehingga jalan pun tertatih-tatih), apa yang bisa diharapkan dari seorang Prabowo ?. Bahkan Prabowo sering loading dan tidak nyambung ketika menjawab pertanyaan kritis dan agak mendalam.
Karakter Prabowo yang dulu dikenal sangat tegas sebagai mantan Danjen Kopassus, wawasannya sangat luas, dan galak terhadap koruptor, kini sudah berubah total.
Yang justru ditonjolkan dan diingat oleh kaum milenial dan gen z adalah ke-gemoy-annya, tapi dalam konotasi negatif (norak). Yaitu kemampuannya hanya sebatas joged-joged tanpa gagasan brilian.
Dalam dua kali acara debat capres berkali-kali Prabowo blunder dan gagap sampai muncul karakter keemosiannya ketika mendapat serangan tajam dan mendadak dari capres lawan.
Jika kekurangan Prabowo ditambah dengan kelemahan Gibran yang zero gagasan, otak kosong dan tidak mampu berkomunikasi dengan publik, apa yang bakal terjadi dengan negeri ini jika dipimpin Prabowo-Gibran ?
Paslon 02 ini hampir dipastikan tidak akan lebih baik dari rezim saat ini, bisa jadi akan lebih buruk. Padahal rezim Jokowi dalam kacamata mayoritas rakyat Indonesia adalah rezim yang gagal dalam memajukan Indonesia dan mensejahterakan rakyat.
Kebaikan Jokowi hanya ada di tukang-tukang survey bayaran yang akan terus menjilat Jokowi dan paslon yang didukung Jokowi.
Sebagai pelanjut Jokowi, Prabowo akan tersandera dengan banyaknya problematilka dengsn oligarki taipan dan China komunis, terutama tentang kerjasama (baca : eksploitasi) Sumber Daya Alam, komitmen, kebijakan, dan proyek-proyek China.
China tentu tidak mau begitu saja melepaskan segala kerjasama dalam bidang tambang, seperti tambang Nikel, litium, boxit, batu bara, dll. yang nilainya sangat besar bisa untuk mensejahterakan rakyat Indonesia.
Padahal jika pengelolaan pemasukan Negara dari sektor Sumber Daya Alam ini mampu ditangani secara baik, benar, jujur, dan profesional maka rakyat dipastikan akan sejahtera.
Tapi para pejabat di rezim Jokowi banyak yang telah jadi pengkhianat bangsa dan negara sehingga rakyat dikorbankan, yang penting mereka sudah hidup mewah, aman, nyaman dan sejahtera. Persetan dengan urusan rakyat.
Sebagai pelanjut Jokowi, Prabowo-Gibran juga tidak akan mampu mengatasi masalah hutang yang sudah sangat besar. Sebagai kompensasinya, selain mereka berdua akan terus takluk dengan China, juga berbagai subsidi kepada rakyat kecil bakal dipangkas guna menutupi cicilan hutang.
Saat ini saja berbagai subsidi telah dicabut atau dikurangi (BBM, Kesehatan, Pendidikan, Pertanian, ongkos haji, dll) hanya demi bayar cicilan (bunga) hutang.
Paling tidak ada sepuluh kebijakan Prabowo- Gibran yang bakal tetap menyengsarakan rakyat Indonesia :
Pertama, China masih tetap menjajah Indonesia
Prabowo-Gibran telah menjadi bagian dari oligarki taipan, termasuk kampanye-kampanye paslon 02 ini telah didanai oleh oligarki taipan. Di era Prabowo-Gibran China masih akan menguasai Indonesia.
Kedua, Karakter Prabowo yang kejam plus Gibran yang diktator bakal mewarnai pemerintahannya.
Kejam adalah karakter bawaan Prabowo. Penampilan “gemoy” hanya gimmik, tapi ketika terdesak karakter aslinya muncul kembali. Kasus penculikan 17 aktivis 98 yang sampai saat ini tidak ada jejaknya, menurut Wiranto adalah tindakan pribadi Prabowo.
Ketiga, Hutang Luar Negeri akan terus dibebankan kepada rakyat dengan pencabutan berbagai subsidi.
Jika Prabowo masih bergantung kepada China, maka pemasukan negara dari sumber daya alam akan sangat minim sehingga pemasukan negara akan terkuras untuk membayar cicilan hutang yang pertahunnya lebih dari 400 miliar. Akibatnya banyak subsidi kepada rakyat dicabut atau dikurangi.
Keempat, APBN akan terus terkuras dengan proyek-proyek ambisius Jokowi yang harus dilanjutkan.
Sesuai dengan komitmen Prabowo-Gibran yang akan melanjutkan program-program Jokowi, maka IKN, Kereta Cepat, bandara dll bakal diteruskan. Jika IKN tidak mampu mendatangkan investor Asing, maka APBN akan jadi korban lagi sehingga berbagai subsidi akan dicabut atau dikurangi.
Kelima, Tanah-tanah yang selama ini “diambil alih” oleh perusahaan-perusahaan China bakal terus berlanjut
Demi melayani oligarki Taipan dan China komunis, perampasan tanah-tanah rakyat akan terus berlanjut, kasus Rempang bakal terulang lagi.
Keenam, Harga-harga bahan pokok akan tetap mahal, pupuk juga akan tetap sulit dan mahal.
Ini akibat salah kelola keuangan negara. Sumber daya alam yang dikeruk oleh Asing dan Asing, pemasukan negara praktis hanya mengandalkan pajak karena pemasukan dari sektor lain tidak signifikan. Sedangkan berbagai dana subsidi diambil untuk membayar cicilan hutang. Bukan saja barang-barang yang tetap mahal, tapi juga biaya pendidikan, kesehatan, transportasi sampai ongkos naik haji akan tetap mahal.
Ketujuh, Penegakan hukum mungkin lebih baik, tapi China tetap masih terus ikut campur untuk mengatur hukum di Indonesia.
Penegakan hukum mungkin akan lebih baik. Lemnaga-lembaga negara tidak lagi tersandera oleh penguasa. Tetapi jika China masih mengendalikan Indonesia, hukum din Indonesia masih akan tebang pilih. Jika hukum akan menyasar kepada para konglomerat China atau penguasa dipastikan bakal distop.
Kedelapan, Ekonomi masih tetap lesu dan mencari kerja tetap sulit.
Pertumbuhan ekonomi akan tetap mendapat masalah, selain faktor hutang dan ketidakpercayaan masyarakat dalam negeri dan dunia internasional, juga keengganan para investor Asing untuk berinvestasi di Indonesia karena pemerintah saat ini tidak punya legitimasi dari rakyat.
Kesembilan, Korupsi masih tetap meraja lela mengingat Prabowo, Gibran, dan keluarga Jokowi yang lain masih berkompromi dengan korupsi.
Kasus korupsi di Kemenhan dari rencana anggaran alutsista sebesar 1,75 triliun menurut pengamat militer Conni Rahakundini perlu diungkap bekerjasama dengan KPK, demikian juga program, food estate yang gagal belum ada audit investigasi. Gibran dan keluarga juga didiga terlibat korupsi seperti yang dilaporkan Ubaidillah Badrun ke KPK. Jika Prabowo-Gibran berkuasa, bagaimana mungkin mampu memberantas korupsi ?
Kesepuluh, Islam masih tetap dimusuhi dan ulama tetap dikriminalisasi.
Sepertinya umat Islam tidak akan bisa melupakan “pengkhianatan” Prabowo di 2019 yang bergabung dengan rezim zalim. Rezim Jokowi sangat benci Islam dan benci para ulama. Sudah banyak ulama yang dipersekusi dan dikriminalisasi, termasuk IB HRS yang sampai sekarang harus menjalani tahanan kota. Saat ini Prabowo dan Jokowi 11-12, sama-sama sinis terhadap para ulama dan habaib.
Masyarakat yang cerdas tidak akan terbujuk oleh sikap “dermawan dadakan”, kasih tunjangan ini tunjangan itu, hadiah ini hadiah itu, bantuan ini bantuan itu. Semua itu hanya pencitraan, membohongi rakyat hanya untuk mencari suara rakyat kecil. Kalau sudah terpilih rakyat diabaikan begitu saja.
Saatnya pilih capres-cawapres yang tepat, yang saleh ikhlas dan cinta rakyatnya; pilih caleg-caleg yang partainya mendukung Perubahan. Jangan terkecoh dengan berbagai bantuan dan hadiah, karena itu uang yang tidak jelas asal usulnya.
Waspadalah!
Anda salah pilih, sengsara Anda bertahun-tahun.
Bandung, 24 J. Akhir 1445
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Setelah Babak Belur, Masih Layakkah Prabowo untuk Memimpin Indonesia?
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar