Aktivis Soroti Kasus Kotak Suara Dibawa Tanpa Pengawalan pada Malam Hari di Rengasdengklok

Setelah proses pencoblosan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Panitia Pemungutan Suara (PPS) memilih untuk mengangkut kotak suara tanpa didampingi oleh petugas keamanan, bahkan pada malam hari.

Tindakan ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat, termasuk sejumlah pengamat dan aktivis. Mereka tidak hanya mengkritik perilaku yang dianggap sering mengabaikan Standar Operasional Prosedur (SOP), tetapi juga proses rekrutmen petugas TPS yang dilakukan secara langsung tanpa seleksi.

Setiap Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, membawa kotak suara menggunakan sepeda motor tanpa pengawalan, bahkan saat malam hari.

Nana Satria Permana, seorang warga Rengasdengklok yang juga menjadi saksi, menegaskan bahwa kotak suara untuk pemilihan anggota DPR RI di Kecamatan tersebut diangkut secara pribadi tanpa pengamanan yang memadai menuju desa setempat.

Nana Satria Permana, seorang warga Rengasdengklok yang juga menjadi saksi dan aktivis Ferry Alexa (Istimewa)

"Nana Permana, sebagai saksi, mengungkapkan kekhawatiran bahwa kotak suara dapat terbuka atau mengalami perubahan di dalamnya karena tidak diawasi," kata Nana.

Tindakan ini diyakini menjadi titik paling rentan untuk terjadinya praktik kecurangan dalam Pemilu 2024.

Kotak suara diangkut tanpa perlindungan yang memadai, meninggalkannya terbuka terhadap risiko penjarahan atau manipulasi.

Sekretaris Komisi Pemilihan Umum (KPU) Karawang, Fauzi Purwendi, dalam konfirmasinya menyatakan, "Kami akan segera merilis pernyataan resmi terkait isu-isu yang beredar untuk memberikan informasi yang konsisten kepada masyarakat."

"Kami akan memberikan klarifikasi terlebih dahulu," tambahnya. ***

Sumber: pojoksatu

Foto: Kotak suara dibawa petugas pada malam hari tanpa pengawalan (Istimewa)