Pupus harapan content creator Medy Renaldy untuk menjadi perwakilan
Indonesia dalam mengulas mainan terbaru dari seri Transformers. Padahal Medy
berkesempatan mendapatkan kiriman langsung dari produsennya, Robosen, tetapi
barang yang dimaksud malah tertahan di Bea Cukai.
Kisah ini seperti diviralkan sendiri oleh Medy di akun X-nya. “Sebenarnya
dari tanggal 15 April si Megatron ini sudah dikirimkan oleh Robosen.
Harusnya per tanggal 25 kemarin saya udah upload videonya, berbarengan
dengan content creator di seluruh dunia yang bekerja sama dengan pihak
Robosen,” ucap Medy, dikutip pada Minggu (28/4/2024).
Namun sampai tanggal 23 April 2024, barang masih tertahan di Bea Cukai
dengan dalih permintaan dokumen bukti bayar serta invoice pembelian. Bea
Cukai menetapkan harga barang tersebut senilai USD 1.699 atau sekitar Rp27,6
juta ($1 = Rp16.241).
“Btw harga Megatron dari Robosen ini hanya USD 899,” ralat Medy, yang
berarti harga mainan tersebut seharusnya di kisaran Rp14,6 juta.
Medy sudah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan kejelasan terkait
barangnya, tetapi menurutnya pihak Bea Cukai tidak responsif. “Agak bingung
juga sih waktu ditanyakan invoice pembeliannya, karena emang ini dikirimkan,
bukan dibeli,” kata Medy.
“Disuruh cantumin link produk dan harganya pun juga bingung, di website-nya
gak ada karena belum rilis. Tapi kok referensi website-nya ke produk
Grimlock ya yang harganya USD 1.699?” imbuhnya, terheran-heran lantaran Bea
Cukai bisa menetapkan harga produk yang belum rilis.
Mainan yang Ditunggu Akhirnya Tiba
Hanya berselang sehari setelah diviralkan di X, mainan milik Medy akhirnya
tiba. Namun Medy kembali harus menelan kekecewaan karena kardus
pembungkusnya sobek serta penyok.
“Ini box luar & dalamnya ada tulisan ‘Opened & resealed by Customs’
ya, yang artinya sudah dibuka & disegel kembali,” jelas Medy
memperlihatkan kondisi kotak yang diterimanya.
“Box ini isinya charger, gak cuma penyok, tapi SOBEK,” lanjut Medy
menunjukkan satu-persatu pembungkus komponen mainan yang cacat. “Lock
(pengunci) di box-nya rusak juga.”
Seorang warganet membandingkan paket yang diterima Medy dengan unggahan
content creator lain yang mengulas mainan Megatron tersebut. “Padahal
packingan dari Robosen semulus ini,” cuit akun @xxxaryadi.
Cekcok dengan Petugas Bea Cukai
Tangkapan layar akun oknum petugas Bea Cukai membalas cuitan viral Medy
Renaldy. (X)
Postingan tersebut jelas menuai beragam respons yang beberapa di antaranya
ditanggapi langsung oleh Medy. Salah satu akun yang terpantau aktif menjawab
adalah akun X @OktaDiantama milik pegawai Bea Cukai.
Ditelusuri di LinkedIn, nama Okta Diantama merujuk pada Media Analyst / Data
Analyst di Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan. Terpantau
akun tersebut beberapa kali membalas unggahan Medy dengan pertanyaan terkait
permintaan dokumen dan pergerakan barang di Bea Cukai.
Medy pun menjelaskan panjang lebar. Namun puncak kekesalan warganet terlihat
dalam balasan yang diberikan akun oknum petugas Bea Cukai tersebut yang
merekap perjalanan paket mainan eksklusif milik Medy.
Menurut akun tersebut, mainan milik Medy terpantau masuk ke Indonesia pada
16 April 2024, lalu mulai diperiksa fisik 3 hari setelahnya. “23/4
permintaan dokumen (NPD), 25/4 dokumen diterima, 26/4 respon dokumen
tambahan, 26/4 release,” cuit @OktaDiantama.
“Terima kasih masukannya. Sedikit delay mungkin pas lebaran jadi kiriman
numpuk. All clear,” sambungnya.
Cuitan ini yang membuat kemarahan warganet semakin menjadi-jadi, tak
terkecuali dari Medy yang merasa heran lantaran Bea Cukai sama sekali tidak
meminta maaf atas keterlambatan dan kerusakan paketnya.
“‘All clear’. Kalau saya sih kalau mengakui bikin delay, barangnya penyok
& sobek, saya akan bertanggung jawab atau setidaknya saya akan MINTA
MAAF. Kalau saya ini mah,” sindir Medy.
Terpantau warganet masih beramai-ramai membanjiri Bea Cukai dengan kritikan
tajam, apalagi karena sebelumnya sudah ada beberapa kasus viral serupa yang
menuai perhatian. Misalnya saja pembelian sepatu dengan bea masuk 3 kali
lipat harga barang, serta barang-barang penunjang Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang tertahan lama di Bea Cukai.
Foto: Medy Renaldy. (Instagram/@medyrenaldy)
Tidak ada komentar