Breaking News

Timbang-Timbang Pindah IKN


Dua tahun lalu, Rudi—bukan nama sebenarnya—tiba-tiba saja dipanggil ke ruangan atasannya di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rudi enggan menyebut siapa atasannya tersebut. 

Hanya, dia bilang, saat itu atasannya langsung memintanya pindah ke Ibu Kota Nusantara. Rudi dan 14 rekannya ditunjuk sebagai aparatur negeri sipil kloter pertama yang bertanggung jawab memulai pembangunan IKN.

“Cuma ada waktu seminggu doang untuk pindah (ke IKN),” tutur Rudi kepada detikX pada Kamis, 4 April 2024.

Rudi tidak bisa menolak. Sebab, saat itu nama-nama ASN PUPR yang pindah ke IKN langsung dipilih Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Penunjukan tersebut juga tertuang dalam surat keputusan Menteri PUPR terkait pembangunan IKN. Dalam SK tersebut, kata Rudi, dia diminta bertugas di IKN sampai Desember 2024.

Oleh atasannya, Rudi dijanjikan berbagai macam fasilitas dan tambahan tunjangan saat pindah ke IKN. Mulai tunjangan kemahalan, fasilitas rumah dinas, biaya pindah, dan fasilitas fleksibel lain yang disesuaikan dengan kebutuhan ASN. Namun, nyatanya, sampai dua tahun berlalu, fasilitas-fasilitas tersebut belum pernah Rudi dapatkan.

Saya PNS, harusnya ada jam kerja. Jam kerja saya jam 08.00-16.30. Tapi buktinya, saya kerja sampai malam. Sabtu-Minggu, apalagi di awal-awal 4 bulan itu, aku masuk.”

Karena itu, ketika beberapa waktu lalu Rudi mendengar kabar penempatannya di IKN bakal diperpanjang, dia pun bersiasat. Desember nanti, Rudi berencana meminta izin kepada atasannya untuk melanjutkan kuliah. Dengan begitu, dia berharap tidak lagi ditempatkan di IKN. Rudi tidak mau lagi kerja rodi di IKN tanpa mendapatkan tunjangan tambahan seperti yang dijanjikan atasannya dulu.

Rudi merasa beban kerja di IKN terlalu berat. Tidak sebanding dengan penghasilan yang diterima. Pada empat bulan awal di IKN, Rudi harus tinggal di hutan untuk melakukan babad alas pepohonan di IKN. Dia bahkan bekerja tujuh hari dalam sepekan.

“Saya PNS, harusnya ada jam kerja. Jam kerja saya jam 08.00-16.30. Tapi buktinya, saya kerja sampai malam. Sabtu-Minggu, apalagi di awal-awal 4 bulan itu, aku masuk,” keluh Rudi.

Belakangan, rencana pemerintah memindahkan seluruh ASN di kementerian/lembaga yang berkantor di Jakarta memang menjadi momok bagi para ASN. Banyak ASN yang merasa belum siap meninggalkan kemegahan Jakarta untuk tinggal di IKN. Salah satu yang ragu pindah ke IKN adalah Rizal—bukan nama sebenarnya. Lelaki berusia 32 tahun ini merupakan staf Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan.

Rizal mengaku sudah dua kali diminta hadir dalam sosialisasi pemindahan ASN ke IKN di Kemenkeu. Dalam dua kali sosialisasi itu, Rizal belum melihat satu pun benefit yang bisa didapatkannya jika kelak pindah ke IKN. Pemerintah, kata Rizal, memang menjanjikan adanya tunjangan pionir, rumah dinas, dan biaya pindah bagi ASN yang ditunjuk menjadi pionir di IKN. Tapi nilai tunjangan dan skema penempatan rumah dinas tersebut belum dijelaskan secara terperinci.

Ketidakjelasan nilai tunjangan dan fasilitas rumah dinas ini membuat Rizal mengaku harus berpikir ratusan kali jika kelak ditunjuk pindah ke IKN. Apalagi saat ini ekosistem lingkungan di IKN juga belum terbentuk. Fasilitas-fasilitas penunjang, seperti sekolah, belum terbangun. Ayah satu anak ini mengaku khawatir dengan pendidikan anaknya jika dalam waktu dekat harus dipindahkan ke IKN.

“Nggak mungkin kan saya pindah ke IKN tapi anak nggak bisa sekolah. Terus staf biasa kayak saya ini kan juga belum tahu apa boleh bawa istri atau nggak?” tutur Rizal saat berbincang dengan detikX pada Rabu, 27 Maret lalu.

Di samping itu, Rizal merasa konsep IKN yang hanya jadi pusat pemerintahan bakal cenderung membosankan. Sebab, nantinya komunitas masyarakat di IKN bakal cenderung homogen mengingat hanya ASN yang pertama-tama akan menempati kota baru tersebut. Bagi Rizal, yang tumbuh besar di Jakarta, situasi tersebut sudah barang tentu membuatnya tidak nyaman

“Di kantor ketemu temen kantor, nanti balik ke rumahnya orangnya itu-itu lagi,” keluh Rizal.

Meski sebagian menolak, ternyata banyak juga ASN yang justru berharap dipindahkan ke IKN. Salah satunya Anita—bukan nama sebenarnya—ASN di Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR. Bagi perempuan 26 tahun ini, pindah ke IKN adalah mimpi. Anita tidak peduli terhadap insentif ataupun tunjangannya. Dia hanya ingin menjadi saksi mata sejarah pembangunan ibu kota baru tersebut.

Sebagai seorang arsitek, Anita merasa konsep pembangunan IKN yang modern dan hijau sudah sangat baik. Itu, kata Anita, adalah konsep pembangunan yang selalu dia impikan. Anita ingin merasakan tinggal di kota modern yang selalu berputar-putar di kepalanya tersebut. Kalau ditunjuk, Anita mengaku siap pindah kapan saja ke IKN.

“Tapi, kalau boleh memilih, ya lima tahun lagilah paling lama dipindah ke sana,” harap Anita melalui telepon pada Kamis, 4 April 2024.

Lima tahun ke depan bagi Anita adalah waktu yang tepat untuk pindah ke IKN. Sebab, saat itu, progres pembangunan IKN tentu sudah semakin maju. Fasilitas-fasilitas penunjang, seperti sekolah dan rumah sakit, boleh jadi juga sudah siap. Dengan begitu, tinggal di IKN akan menjadi pengalaman yang lebih menyenangkan. “Cuma, kalau tahun depan dipindah, saya juga mau, sih,” kata Anita.

Keinginan menggebu-gebu pindah ke IKN ini juga dirasakan Plt Kepala Biro Umum dan Sumber Daya Manusia Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Petrus Demon Sili. Nama Petrus masuk dalam daftar 36 ASN BMKG yang akan pindah ke IKN pada September 2024. Kepada detikX, Petrus mengaku sudah tidak sabar pindah ke IKN. 

Pria berusia 61 tahun ini mengaku sangat senang ketika tahu namanya dipilih sebagai salah satu ASN kloter pertama yang akan pindah ke IKN. Petrus merasa menjadi pionir ASN di IKN adalah sebuah kebanggaan. Dia bisa menjadi bagian dari sejarah pembangunan ibu kota baru yang kelak akan menggantikan Jakarta tersebut. “Hitung-hitung pengabdian untuk negara sembari menunggu masa pensiun juga,” tutur Petrus melalui telepon pada Senin, 1 April 2024.

Di samping itu, pindah ke IKN baik bagi karier Petrus. Sebab, pemerintah menjanjikan ASN yang pindah ke IKN bakal langsung mendapatkan kenaikan pangkat. Jabatan Petrus, yang sekarang ini merupakan eselon II dengan pangkat 4C, akan naik menjadi 4D saat dia pindah ke IKN. Ini tentunya akan menambah nilai gaji, tunjangan, dan uang pensiun yang bakal didapatkan Petrus kelak.

Sebagai eselon II, Petrus juga akan mendapatkan fasilitas tambahan yang menurutnya layak. Petrus bakal menerima tambahan tunjangan, uang kemahalan, tunjangan transportasi, pengepakan, dan pesawat. Selain itu, dia akan menerima satu rumah dinas untuk anak dan istrinya. Plus biaya tambahan untuk menggaji seorang asisten rumah tangga.

“Tapi, seberapa besarnya itu, nilainya belum disampaikan,” pungkas Petrus.

Sumber: detik
Foto: Ilustrasi/Net
Timbang-Timbang Pindah IKN Timbang-Timbang Pindah IKN Reviewed by Oposisi Cerdas on Rating: 5

Tidak ada komentar