Teka-teki Keberadaan Vlogger China yang Rekam Lockdown Covid di Wuhan Masih Misteri
Keberadaan seorang jurnalis warga China atau Tiongkok yang dipenjara karena meliput hari-hari awal pandemi Covid-19 masih belum diketahui, sehari setelah dia diperkirakan akan dibebaskan, setelah menjalani hukuman empat tahun penjara.
Para pendukung mengatakan mereka tidak yakin apakah Zhang Zhan benar-benar telah dibebaskan, meskipun kelompok hak asasi manusia mengatakan pihak berwenang kemungkinan besar akan tetap bungkam mengenai statusnya.
Mantan pengacara berusia 40 tahun ini adalah salah satu dari beberapa aktivis yang mendapat masalah dengan pihak berwenang Tiongkok karena pelaporan Covid-19 mereka. Beberapa telah ditahan sementara yang lain hilang.
Dia dinyatakan bersalah karena menimbulkan kegaduhan dan memprovokasi masalah, sebuah tuduhan yang sering dilakukan terhadap aktivis di Tiongkok.
Pengawas media dan kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa Zhang dituntut secara tidak adil. Mereka menyerukan pembebasannya karena kesehatannya memburuk.
Petugas advokasi Reporters Without Borders, Aleksandra Bielakowska mengatakan ada kekhawatiran besar mengenai keselamatan Zhang setelah dia dibebaskan.
“Di Tiongkok, jurnalis yang ditahan karena pekerjaannya sering kali tetap berada di bawah penahanan atau pengawasan bahkan setelah masa hukumannya selesai,” katanya, dikutip BBC.
“Sejujurnya saya pikir kami tidak akan mendapat kabar terbaru dalam waktu dekat. Mereka mungkin akan mencoba menahannya di lokasi rahasia, atau menyembunyikannya dari pandangan mata selama beberapa waktu,” lanjutnya.
Salah satu pengacara Zhang mengatakan kepada BBC China bahwa kebebasan pribadinya masih akan dibatasi. Dia menambahkan bahwa dia sekarang akan tinggal bersama orang tuanya di Shanghai.
Dari markasnya di Shanghai, Zhang melakukan perjalanan ke Wuhan pada bulan Februari 2020 untuk mendokumentasikan apa yang dia lihat di jalanan dan di rumah sakit.
Siaran langsung dan esainya ditonton secara luas di media sosial, dan dia terus memproduksinya meskipun ada ancaman dari pihak berwenang.
Salah satu klip siaran langsungnya menunjukkan bagaimana dia terus memutar kameranya sementara seorang pejabat memperingatkannya untuk berhenti merekam atau dia akan marah.
"Mungkin aku punya jiwa pemberontak. Aku hanya mendokumentasikan kebenaran. Kenapa aku tidak bisa menunjukkan kebenarannya?" katanya dalam sebuah wawancara dengan pembuat film independen.
“Saya tidak akan menghentikan apa yang saya lakukan, karena negara ini tidak bisa mengalami kemunduran,” lanjutnya.
Ini dianggap sebagai wawancara terakhirnya sebelum dia ditahan.
Zhang telah memposting lebih dari 100 video di Saluran YouTube, WeChat, dan Twitter miliknya, sebelum dilaporkan hilang pada 14 Mei 2020.
Keesokan harinya, pihak berwenang mengumumkan bahwa dia ditahan oleh polisi di Shanghai. Dia didakwa pada bulan November tahun itu dan dijatuhi hukuman pada bulan berikutnya.
Zhang melakukan mogok makan pada beberapa bulan pertama penahanannya, dan pengacaranya saat itu mengatakan bahwa dia dicekok paksa makan melalui selang.
Dia tetap melakukan mogok magan hingga bulan Juli 2023, ketika berat badannya dilaporkan anjlok hingga hanya 37 kg, setengah dari berat badannya sebelum ditahan.
Dia juga menderita malnutrisi parah, penyakit pencernaan, dan jumlah sel darah putih yang rendah.
“Jurnalis Zhang Zhan, yang dengan berani mempertaruhkan nyawanya dengan memberi tahu masyarakat tentang wabah Covid-19 di Wuhan, berisiko meninggal jika dia tidak menerima perawatan medis yang ekstensif,” kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan pada September tahun lalu.
Jerome Cohen, pakar hukum Tiongkok, mengatakan pentingnya kasus Zhang akan bergantung pada apa yang terjadi setelah dia dibebaskan.
“Sebagian besar aktivis hak asasi manusia yang dibebaskan tetap bungkam melalui cara-cara penindasan informal. Beberapa di antaranya mencoba meninggalkan negara tersebut dan berhasil terus melaporkan pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok, namun mereka merupakan pengecualian,” kata Prof Cohen.
Pengacara Zhang mengatakan keluarganya sering didekati oleh polisi selama penahanannya, dan mereka diperintahkan untuk tidak membicarakan kasus tersebut dengan orang lain.
“Wartawan warga adalah satu-satunya sumber informasi langsung dan tanpa sensor mengenai wabah Covid-19 di Tiongkok. Karena mereka bekerja secara independen dari media yang dikontrol negara, jurnalis warga terus-menerus menghadapi pelecehan karena mengungkap informasi yang pemerintah lebih suka tutup mulut,” kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan.
Ketika pandemi ini pertama kali menyerang pada awal tahun 2020, internet di Tiongkok, meskipun sangat disensor, dibanjiri dengan pesan-pesan yang menggambarkan tindakan pemerintah yang menutup-nutupi dan kegagalan dalam sistem layanan kesehatan.
Namun mesin sensor negara berlipat ganda untuk menekan kemarahan online yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa saluran menjadi sunyi, postingan segera dihapus dan beberapa aktivis seperti Zhang menerima peringatan eksplisit dari pihak berwenang.
Salah satu kasus yang paling terkenal secara internasional adalah kasus dokter pengungkap fakta (whistleblower) Li Wenliang, yang mencoba memperingatkan rekan-rekannya tentang virus mirip Sars.
Dr Li meninggal pada Februari 2020 setelah tertular Covid-19. Belakangan terungkap bahwa dia sedang diselidiki karena dituduh mengganggu ketertiban sosial dengan membuat komentar palsu.
Sumber: okezone
Foto: Teka-teki keberadaan vlogger China yang rekam {lockdown} Covid-19 di Wuhan masih misteri/Net
Teka-teki Keberadaan Vlogger China yang Rekam Lockdown Covid di Wuhan Masih Misteri
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar