Beda Kelas Keluarga Jokowi vs Hoegeng: Satu Simbol Nepotisme, Satunya Human Rights
Debat panas terkait politik dinasti dan human rights turut menyeret keluarga
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga Jenderal Hoegeng.
Pasalnya, keluarga Jokowi dinilai sebagai simbol dari politik dinasti dan
nepotisme lantaran keluarganya mendapat karpet merah untuk berkarier di
perpolitikan Tanah Air.
Sedangkan keluarga Jenderal Hoegeng harus berjuang dari nol dan tak
memanfaatkan privilese keluarga untuk berkarier.
Lantas, kenapa keluarga Jokowi dan keluarga Hoegeng bisa menjadi simbol atas
dua hal yang saling berlawanan.
Apa yang sebenarnya dimaksud dengan nepotisme dan human rights?
Keluarga Jokowi: Sebagai simbol definisi nepotisme
Keluarga Jokowi di Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono
(Instagram.@erinagudono)
Sosok yang membandingkan keluarga Jokowi dengan keluarga Jenderal Hoegeng
tak lain adalah sutradara kondang, Dandhy Laksono.
Sutradara yang naik daun berkat film Dirty Vote tersebut sontak
membandingkan keluarga Jenderal Hoegeng yang menjadi wujud human rights.
"Ini bedanya "Human Rights" dan nepotisme," cuit Dandhy Laksono.
Karena ngantor di hari libur untuk ngurus berkas terkait ponakan adalah bagian dari "Human Right" dan "Asian Value", yakni kekeluargaan. https://t.co/uiidWI73gj pic.twitter.com/6NOq7ej18E
— Dandhy Laksono (@Dandhy_Laksono) June 5, 2024
Tak heran jika Dandhy memandang keluarga Jokowi sebagai wujud nepotisme.
Sebab jika merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nepotisme
didefinisikan sebagai perilaku yang memperlihatkan kesukaan yang berlebihan
kepada kerabat dekat.
KBBI juga mendefinisikan nepotisme di dalam konteks politik sebagai
kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri,
terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah.
Senada dengan definisi nepotisme tersebut, keluarga Jokowi memang mayoritas
terjun ke politik.
Putra sulung Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka terbilang beruntung
lantaran bisa menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.
Gibran juga kekinian berhasil menjadi Wakil Presiden RI terpilih usai maju
mencalonkan diri bersama Prabowo Subianto.
Lalu, menantu Jokowi yakni Bobby Nasution berkesempatan menjadi Wali Kota
Medan.
Tak cukup di situ, keponakan Jokowi yakni Bagaskara Ikhlasulla Arif
dikabarkan diangkat menjadi manager di PT Pertamina (Persero).
Keluarga Hoegeng: Benar wujud human rights?
Keluarga Hoegeng (Twitter)
Keluarga Hoegeng di sisi lain dinilai sebagai perwujudan human rights atau
hak asasi manusia (HAM).
KBBI mendefinisikan HAM sebagai hak yang dilindungi secara internasional,
seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memiliki, hak untuk
mengeluarkan pendapat.
Disinyalir, Dandhy Laksono menilai keluarga Jenderal Hoegeng sebagai wujud
HAM karena sanak familinya mengharagai hak asasi masing-masing dengan
berjuang dari nol.
Anak dari sosok Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) di era
Orde Baru ini sempat ingin masuk ke TNI.
Namun, Hoegeng tak campur tangan dengan proses pendaftaran sang anak dan
membiarkannya mencoba selayaknya orang biasa.
Sang anak Hoegeng tersebut ternyata adalah Aditya Soetanto Hoegeng.
Sayangnya berdasarkan informasi, Aditya tak lolos masuk TNI dan bekerja
sebagai warga sipil.
Aditya tercatat sempat menjabat sebagai Vice President Director PT Yamaha
Musik Indonesia Distributor.
Sumber:
suara
Foto: Jokowi dan Jenderal Hoegeng (Kolase)
Beda Kelas Keluarga Jokowi vs Hoegeng: Satu Simbol Nepotisme, Satunya Human Rights
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar