Bukan Indonesia, Benny Rhamdani Sebut Inisial T Justru Dalang Penempatan Pekerja Ilegal Judol di Lokasi Ini

Baca Juga

Benny Rhamdani kini terus menjadi buah bibir usai mengungkap kasus judol dan sindikat perdagangan manusia.

Bahkan atas pernyataan yang diberikan Benny Rhamdani di tahun lalu terkait sosok dengan inisial T, kini Kepala BP2MI itu pun dipanggil oleh Bareskrim.

Namun sebelum hari pemanggilan ke Bareskrim, Benny Rhamdani sempat membeberkan sosok inisial T yang selama ini dimaksud sebagai dalang judol oleh publik.

Hal tersebut diungkap oleh Benny Rhamdani dalam sebuah acara televisi yang ditayangkan kanal YouTube Metro TV.

Dikutip Kilat.com dari tayangan kanal YouTube Metro Tv, Benny Rhamdani menjelaskan terkait maksud dari kekagetan presiden terhadap pernyataannya bukanlah soal judol.

"Jadi kekagetan presiden, kekagetan forum itu," ucapnya.

"Terhadap hal-hal yang saya sampaikan secara umum," sambungnya.

Benny Rhamdani membenarkan bahwa sindikat penempatan ilegal tersebut sangat sulit untuk tersentuh hukum.

Meskipun Benny Rhamdani sudah mengetahui siapa saja yang bermain bahkan melindungi sindikat penempatan ilegal bekerja itu.

Tak main-main, bahkan Benny Rhamdani sangat hafal dari data orang yang menjadi korban sindikat ilegal itu, mulai dari yang dideportasi, meninggal dunia, hingga sakit cacat.

Bahkan ada yang mengalami depresi sebanyak 3600 orang.

Benny Rhamdani pun menegaskan bahwa pernyataan yang diberikannya itu bukanlah berfokus pada judol, namun pada sindikat perdagangan manusianya.

Dimana perdagangan manusia tersebut terjadi di Kamboja yang justru orang-orang Indonesia itu dipekerjakan sebagai bagian dari judol internasional.

"Padahal kaitannya dengan Kamboja kan ju**di onlinenya di Kamboja," ungkapnya.

"Scamming onlinenya dimana, di Kamboja," tandasnya.

Itulah yang membuat Benny Rhamdani mengungkap sosok inisial T, bukan lagi karena judol namun karena terlibat dalam sindikat perdagangan manusia.(*)

Sumber: kilat

Foto: Benny Rhamdani yang mengungkap soal perdagangan manusia di Kamboja. (Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)