Strategi Sesat PKS

Selama ini PKS dicitrakan sebagai partai yang religius, bersih, dan tidak tergiur kekuasaan. Tapi citra itu sekarang sudah terkubur sesaat PKS gabung Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang menggunakan politik kotor dan kejam.

Jokowi dan Prabowo saat ini tak ubahnya lumpur kotor yang berbau busuk, menghalalkan segala cara dan mengubur nilai-nilai akhlak, moral dan etika.

Awalnya rakyat masih berharap sikap ksatria Prabowo, sesuai dengan janjinya di tahun 2019 . Tapi begitu Prabowo terus menempel, memuji-muji, bahkan menjilat dan membiarkan Jokowi menghalalkan segala cara, rakyat akhirnya sadar kalau Prabowo dan Jokowi 11-12, sama-sama tega menggunakan politik kotor.

Di mata rakyat (yang berakal sehat), Jokowi adalah sang penghancur seluruh tatanan kebaikan, kebenaran, kejujuran, kemapanan, kestabilan, dan meritokrasi. Di tangan Jokowi, hanya dalam kurun waktu 10 tahun seluruh tatanan bernegara diporak-porandakan. Jokowi itu lebih jahat dari Fir’aun dan iblis. Jokowi itu selevel dengan dajjal sang penghancur. Siapa pun yang bergabung dengan Jokowi menjadi rusak moralnya.

Dalam keadaan seperti itu, ketika PKS tetap bertahan sebagai oposisi maka PKS menjadi satu-satunya partai yang berada dan memperjuangkan kebenaran. Protes rakyat terhadap kedzaliman rezim seolah terwakili oleh perjuangan PKS.

Di Pilpres 2024 dimana PKS masih mendukung Anies, walaupun pada akhirnya pasangan Amin didzalimi dan dicurangi rezim Jokowi sehingga harus dinyatakan kalah walaupun sebenarnya menang, sepertinya telah menggoyahkan partai-partai pengusungnya termasuk PKS. Ada sikap menyerah terhadap kedzaliman rezim Jokowi

Selama 10 tahun hingga hampir habis masa pemerintahannya, Jokowi tidak pernah berhenti sedetik pun untuk berbuat dzalim dan jahat dengan melabrak seluruh aturan hukum dan etika. Seluruh partai dan elit partai disandera dengan berbagai kasus yang sengaja diciptakan Jokowi. Seolah Jokowi adalah pengawal hukum dab kebenaran. Padahal Jokowi dan keluarganya adalah manusia-manusia paling bejat di negeri ini. Tidak ada satu orang pun di lingkar kekuasaan yang berani bersuara apalagi berontak melawan. Ke mana pun arah Jokowi melangkah terus dibukakan jalan lebar bahkan diberi karpet merah.

Jika kita mau mencari siapakah elit politik yang berani melawan Jokowi dia adalah Anies Baswedan.

Anies bukan saja berani melawan Jokowi, tapi juga berani melawan para oligarki taipan dan China komunis. Oleh karena itu, tidak heran jika Anies harus dijegal untuk tidak maju di Pilgub DKI. Seluruh partai, termasuk partai-partai pengusung Anies beramai-ramai ikut bergabung dengan Jokowi dan Prabowo di KIM, dan dengan sangat tega meninggalkan Anies sendirian.

Dan di sini yang sangat mencengangkan adalah bergabungnya PKS kedalam KIM dengan ikut meninggalkan Anies. Padahal, 95% pemilih PKS di Jakarta, menurut survey SMRC adalah pendukung Anies. PKS telah lupa kacang akan kulitnya. Sekarang PKS harus bersiap ditinggalkam oleh 90 % pendukungnya. Di tahun 2029 dipastikan PKS akan kehilangan banyak sekali suara. Maka ibarat pepatah : “Mengharapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan”

Dengan putusan MK yang telah mengubah ambang batas dari 20% menjadi 7,5%, jika saja PDIP benar-benar akan mencalonkan Anies menjadi cagub DKI, maka apresiasi layak diberikan kepada PDIP, apa pun masa lalunya, dan sudah saatnya para pendukung Anies meninggalkan PKS yang sudah tercebur kedalam kolam lumpur kotor berbau busuk.

Bandung, 16 Shafar 1446

Oleh: Sholihin MS

Pemerhati Sosial dan Politik

______________________________________

Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.