Mengukur Kekuatan Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi
BABAK akhir yang menggelisahkan. Dikutip dari berbagai media, tentang "Massa pendukung Jokowi" dari Jawa Timur akan membanjiri kota Jakarta. Massa pendukung Jokowi yang didatangkan ke Jakarta sebagai respons tekanan yang sangat kuat dari masyarakat, Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi" dari berbagai Universitas di Indonesia, bahkan para aktivis pergerakan, intelektual kampus-dosen (para Guru Besar Universitas) ikut ambil bagian memberi api semangat mengkritisi perilaku politik Jokowi yang anti demokrasi, melakukan KKN bahkan melanggar UUD 1945.
Kekuatan Gerakan massa "Mahasiswa Pro Demokrasi" akan berhasil karena keyakinan. Mahasiswa meyakini bahwa doktrin runtuhnya demokrasi di Indonesia membawa dampak buruk masa depan mereka dan mahasiswa rela dan bersedia berkorban untuk tujuan-tujuan mulia itu.
Demonstrasi berlarut yang dilakukan oleh massa terhimpun dalam "Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi" 2024 merupakan dissent-pembangkangan, menemukan momentumnya tentang musuh bersama, beberapa keputusan-politik Jokowi yang menghianati prinsip-prinsip demokrasi. Tulisan ini merupakan ikhtiar untuk mencari jawaban mengapa "Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi" yang massif terjadi di berbagai daerah demi membela kepentingan rakyat dapat terjadi?
Jawabnya adalah Eric Hoffer, seorang buruh pelabuhan, aktivis pergerakan, filsuf, dosen Universitas California LA menulis karya "Magnum Opus" The True Believer: Thoughts on The Nature of Mass Movements (1951) tentang asal-usul (akar), seluk-beluk gerakan politik massa. The True Believer sangat populer pada era setelah PD II hingga awal era Perang Dingin. Pada kesempatan lain, Hoffer menyatakan bahwa ketidakpuasan yang memicu kekerasan yang terjadi di Asia disebabkan oleh "Keinginan Untuk Membanggakan Diri" dari elite politik yang berkuasa dan berlanjut pada penyalahgunaan kekuasaan, memanipulasi demokrasi yang berdampak pada melemahnya penegakkan hukum dan terjadinya KKN terstruktur-sistematis dan masif.
Tesis Hoffer sangat relevan kita dijadikan pijakan untuk memotret maraknya aksi demo Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi 2024.
Menurut Hoffer, seorang "Pengikut Setia" (true believer) dalam aksi gerakan massa dengan misi perjuangan suci sangat sulit untuk ditaklukkan, pantas untuk dihargai dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki keyakinan. Gerakan massa adalah perjuangan yang bersatu sebagai akibat kekecewaan masyarakat terhadap keadaan, perilaku elite politik yang menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi.
Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi
Tesis utama "Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi" 2024 dengan meminjam Tesis Hoffer bahwa mereka (Mahasiswa) adalah pejuang sejati, pejuang abadi memperjuangkan demokrasi membangun gerakan yang menyebar di berbagai provinsi seluruh Indonesia berangkat dari suatu keyakinan untuk mendorong, menyempurnakan prinsip-prinsip demokrasi yang diperjuangkan oleh aktivis mahasiswa sejak reformasi 97-98 dan terus-menerus dikumandangkan untuk menghidupkan dan melakukan aksi bersama secara masif-terkoordinasi, mengorbankan diri demi kelangsungan cita-cita demokrasi yang mereka perjuangkan melalui jalan demonstrasi berlarut dengan slogan-slogan bahasa pamflet dan propaganda yang sangat keras.
Kemarahan membangkitkan keberanian kolektif untuk bertindak dan "Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi- 2024" berangkat dari tekad perjuangan dan misi suci menyelamatkan demokrasi yang pernah mereka perjuangkan selanjutnya menjadi faktor penggerak untuk membangunkan, memperbarui masyarakat yang beku dan runtuhnya demokrasi. Tujuan akhir dari "Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi" adalah lengserkan Jokowi-adili, sebab telah merusak tatanan demokrasi melakukan KKN, melanggar konstitusi. Demonstrasi Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi tidak akan pernah berhenti sampai tuntutan mereka tercapai-perjuangan panjang dan sangat melelahkan.
Perlawanan "Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi 2024" terhadap rezim Jokowi lebih mudah dibandingkan dengan gerakan Mahasiswa pada Reformasi 97-98 melawan authoritarian Soeharto yang didukung penuh oleh aparat keamanan (TNI-Polri) dan birokrasi. Beberapa variabel di atas menjadi sebab-sebab utama kejatuhan sebuah rezim politik di berbagai negara belahan dunia.
*****
Sejak 2014 era Jokowi mencalonkan Presiden RI dan terpilih, Jokowi membangun kekuatan massa politik non parlemen memanfaatkan massa pendukungnya untuk masuk dalam arena pertarungan politik kekuasaan non parlemen dengan membentuk relawan-relawan. Tugas relawan adalah menjaga kebijakan Jokowi dari serangan-serangan lawan politik. Relawan politik Jokowi tetap terjaga dan terpelihara hingga saat ini yang dijadwalkan akan berkumpul di Jakarta pada September 2024.
Sejarah mencatat bahwa tatanan politik Massa Mengambang (Floating Mass) yang diterapkan sejak awal oleh rezim Orde Baru membawa implikasi semakin mantap-nya stabilitas politik, rakyat dijauhkan dari hingar-bingar politik, politik menjadi urusan elit politik-konflik politik terjadi hanya di elit (puncak) tidak merembes sampai ke akar rumput masyarakat bawah (massa).
Sejak 2014, era Jokowi tatanan politik "massa mengambang" (floating mass) di jungkir balikkan melalui pembentukan relawan-relawan… Rakyat (relawan Jokowi) di mobilisasi day-to-day untuk membangun-menjaga-memelihara kekuatan dan agenda politik Jokowi melalui jalan ekstra parlementer. Sebagai akibat dari mobilisasi massa dan "Demonstrasi Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi" yang berlarut bisa dipastikan bisa menimbul-kan segregasi antar kelompok masyarakat khususnya relawan Jokowi yang tidak bisa dibendung.
Pada situasi yang sangat kritis, aparat keamanan dan TNI harus memihak pada konstitusi demi keberlangsungan kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara dalam bingkai demokrasi Pancasila-Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjauh dari episentrum pergolakan dan meneguhkan kembali Jati diri TNI sebagai tentara rakyat, tentara profesional memegang teguh Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 Wajib TNI-mencegah terjadinya pendadakan strategis untuk Menegakkan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh: Muhammad Johansyah
Penulis adalah Marsekal Pertama TNI (Purn), Analis Intelijen, Politik dan Keamanan Internasional. Pernah menjabat sebagai Perwira Tinggi (PATI) Sahli Kepala Staf TNI Angkatan Udara Bidang Sumber Daya Nasional (Sumdanas) 2018. Saat ini sebagai "Kelompok Ahli" Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otsus Papua (BP3OKP).
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Mengukur Kekuatan Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar