Beda Pendidikan Dua Hakim yang Adili Helena Lim vs Harvey Moeis: Kompak Beri Vonis Ringan
Publik kini menyanyangkan hukuman yang diterima dua aktor utama kasus korupsi komoditas timah Bangka Belitung, Harvey Moeis dan Helena Lim.
Dua sosok di balik vonis Harvey dan Helena tak lain adalah hakim Eko Aryanto dan hakim Rianto Adam Pontoh.
Eko Aryanto memimpin sidang vonis Harvey Moeis di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat pada Senin (23/12/2024) lalu. Harvey kala itu mendapat vonis enam tahun enam bulan penjara yang hanya setengah dari tuntutan jaksa.
"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Harvey dengan pidana penjara selama 6 tahun dan enam bulan dan denda Rp 1 miliar," bunyi keputusan hakim Eko Aryanto.
Ketua Majelis Hakim Rianto Adam Pontoh di sidang terpisah juga memberikan vonis yang cukup ringan bagi Helena Lim yakni lima tahun penjara.
Tak hanya berhenti di situ, hakim Rianto juga meminta beberapa aset Helena Lim yang dinilai tak mengandung unsur korupsi dikembalikan.
"Aset yang tidak terkait dugaan tindak pidana haruslah dikembalikan kepada terdakwa Helena," tegas Rianto di ruang sidang, Senin (30/12/2024).
Publik menilai bahwa baik Eko Aryanto dan Rianto Adam Pontoh tak tegas menghukum dua koruptor yang merugikan negara senilai Rp271 triliun itu.
Sontak, latar belakang kedua sosok hakim tersebut dikuliti masyarakat.
Rekam Jejak Rianto Adam Pontoh: Tangani kasus korupsi besar
Profil Rianto Adam Pontoh di laman Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Tangkapan layar)
Rianto Adam Pontoh yang mengadili Harvey Moeis memang sosok yang tak asing di dunia pengadilan tindak pidana korupsi.
Ia sempat mengadili beberapa koruptor seperti mendiang mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe dalam kasus gratifikasi proyek infrastruktur pemerintah provinsi Papua.
Tak berhenti di situ, eks Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo atau SYL juga ikut diadili oleh Rianto.
Hakim kelahiran 18 November 1968 tersebut memang punya latar belakang mentereng.
Ia terlebih dahulu menempuh studi di jurusan Hukum Perdata Universitas Sam Ratulangi Manado dan jurusan Hukum Pidana dari Universitas Merdeka Malang sebelum berkarier sebagai hakim.
Kekinian, Rianto menjabat sebagai Hakim Utama Muda di PN Jakpus, dengan pangkat Pembina Utama Madya golongan IVd.
Ia juga mengantongi keanggotaan Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI).
Rekam jejak Eko Aryanto: Beri Harvey Moeis hukuman ringan karena sopan
Profil Eko Aryanto di laman Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Tangkapan layar)
Eko Aryanto merupakan rekan kerja hakim Rianto Adam Pontoh di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ia kini menyandang jabatan hakim utama muda dengan pangkat/golongan pembina utama madya (IV/d).
Hakim kelahiran Malang ini punya rekam jejak studi yang cukup cemerlang. Ia tercatat sebagai lulusan jurusan Hukum Pidana pada 1987 dari Universitas Brawijaya.
Ia melanjutkan studinya di S2 Ilmu Hukum dari IBLAM School of Law dan S3 Ilmu Hukum didapatnya dari Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Sayangnya, Eko Aryanto tak kebal dari kontroversi yang berdampak pada kariernya.
Ia dinilai memanjakan koruptor kala memberi Harvey Moeis hukuman setengah dari tuntutan jaksa. Adapun alasan Eko Aryanto juga sempat membuat publik geleng-geleng kepala.
Keputusan yang dibuat Eko Aryanto ternyata dipertimbangkan dari sikap Harvey Moeis yang sopan kala kasus bergulir. Eko juga mempertimbangkan kondisi Harvey yang merupakan tulang punggung keluarga.
"Hal meringankan sopan di persidangan, mempunyai tanggungan keluarga, dan terdakwa belum pernah dihukum," terang Eko Aryanto di persidangan, Senin (23/12/2024) lalu.
Sumber: suara
Foto: Dua tersangka kasus korupsi komoditas timah Bangka Belitung, Harvey Moeis dan Helena Lim kini ditahan oleh pihak Kejaksaan Agung.
Beda Pendidikan Dua Hakim yang Adili Helena Lim vs Harvey Moeis: Kompak Beri Vonis Ringan
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar