Habisi Sang Koruptor, Diktator dan Aligator
Dari berbagai termasuk dan perbantahan mengenai respon atas rilis OCCRP tentang Joko Widodo itu apakah koruptor kelas dunia, nasional, lokal, hingga bersih tidak korupsi maka solusinya tangkap dan adili. Jokowi sudah tidak mungkin lagi lari-lari. Ia harus menghadapi. Biar pertunjukan yang membuktikan. Bukan teriakan pembelaan dari para buzzer.
Semangat habisi Jokowi koruptor adalah tekad untuk membersihkan negeri dari budaya korupsi. Kondisinya sudah sangat darurat. Korupsi menjadi pandemi yang merajalela dengan korban yang besar. Uang kecil rakyat yang didapat dengan berat dirampok habis oleh penguasa dan pengusaha. Jokowi harus jongkok dan mulai diadili.
Korupsi dilakukan atas penyimpangan kewenangan.Tidak seorang pun mendengar baik nasehat maupun pencegahannya. Semua "gimana gue" atau "kumaha aing". Jokowi dibalik gestur kemudahannya adalah diktator. Memerintahkan, menyandera dan mengendalikan. Mungkin ia hanya mau tunduk dan patuh kepada kaum spiritualis bernama dukun yang berada di lingkaran terdekatnya.
Yang ketiga bermodel aligator saudaranya buaya. Aligator hidup soliter, selalu menguasai wilayah, predator, sering ganti pasangan, serta mengeluarkan air mata setelah memangsa. serupa buaya yang "pura-pura sedih setelah kejam memakan" maka aligator juga serupa. Pura-pura sederhana padahal rakus, tidak berambisi padahal memiliki nafsu besar kekuasaan.
Model presiden Joko Widodo tidak boleh terulang, bukan memberi mashlahat bagi rakyat dan negara tetapi mudharat atau merusak. Indonesia mengalami musibah telah memiliki pemimpin Jokowi dan kini pelanjutnya Gibran Rakabuming Raka. Penggantinya Prabowo belum bisa bertindak apa-apa. Tampaknya ia tak berdaya dititipi mainan anak buaya.
Jokowi tahun 2025 ini harus menyelesaikan segala bentuk cawe-cawenya. Menurut agama masa kejayaan itu dipergilirkan :
“wa tilkal ayyamu nudaawiluhaa bainan naas” (QS Ali Imran 140).
Jokowi harus rela berhenti. Ngotot terus berarti menentang hukum alam, hukum politik, hukum sejarah dan tentu saja hukum agama. Apalagi kepemimpinannya berkinerja buruk. Sudah butut ngotot lagi.
Untuk 'ngeh' pada korupsi ternyata perlu tekanan luar negeri dulu. Investigasi OCCRP tidaklah ujug-ujug. Mencium gejala dari perilaku Presiden eks tukang kayu yang aneh. Dari gejala-gejala di dalamnya, kemudian diputuskan untuk menjadi obyek. Hasilnya masuklah Jokowi sebagai finalis manusia terkorup dunia 2024 bersama William Ruto (Kenya), Syekh
Hasina (Bangladesh), Ahmed Tinubu (Nigeria), dan Gautam Adani (India). Juaranya Bashar Assad (Suriah).
Tuduhan koruptor, diktator, dan aligator adalah dugaan yang melalui proses peradilan akan masuk tahap pembuktian. Keputusan tersebut nantinya akan menjadi dasar untuk eksekusi, dan jika itu terjadi, maka habislah Jokowi.
Jokowi yang lugu, bersahaja, tidak korupsi, bekerja untuk rakyat, korban fitnah, anti asing, tidak mendahulukan keluarga, jujur, sabar, dan polesan citra bagus lainnya adalah pemakai topeng rahasia dan kemunafikan. Berkata berbohong, berjanji ingkar, dan diberi amanat khianat.
Menjadi contoh akhir buruk dari perilaku politik anak manusia yang lupa diri saat berkuasa. (*)
Oleh: M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Kebangsaan
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Habisi Sang Koruptor, Diktator dan Aligator
Reviewed by Oposisi Cerdas
on
Rating:
Tidak ada komentar